Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masuk angin jamaica

Harga emas murni di pasar internasional merosot, karena sidang imf. akibatnya harga emas di jakarta merosot, pedagang emas beralih usaha membeli tanah atau mendepositokan uangnya di bank. (eb)

7 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARGA emas murni di pasar internasional tiba-tiba anjlok, yang diikuti pula dengan kemerosotan harga emas di pasaran dalam negeri. Bukan karena emas banjir di pasar. Tapi karena sidang IMF di Kingston, Jamaica. 8 Januari lalu, sepakat mengganti sistim emas produk Bretton Woods tahun 1944 dengan sistim Special Drawing Rights (SDR). Dan dari ibukota Jamaica itu tersiar berita bahwa dalam tempo 4 tahun mendatang, Dana Moneter Internasional (IMF) akan melemparkan 25 juta ounce emas ke pasaran bebas. Meskipun droping emas balokan IMF itu kabarnya akan dimulai Maret yang akan datang tapi kemerosotan harga emas yang berlangsung sejak April tahun lalu semakin meluncur. Di London harga terendah mencapai $ AS 124,60 per troy ounce (31 gram) pada 20 Januari lalu, tapi 3 hari kemudian naik $ AS 4,40 untuk setiap ounce. Namun di Jakarta, harga emas produksi PT Aneka Tambang Unit PP Logam Mulia (LM) maupun eks London Spot (LD) masih berkisar antara Rp 1.750 - Rp 1.800 per gram. Atau turun Rp 155 per gram dari harga sebulan sebelumnya. Dan, bila dihitung-hitung dari puncak harga tertinggi di bulan Pebruari-Maret tahun lalu yakni hampir Rp 2.500 per gram, maka kemerosotan selama setahun total jenderal 700 perak per gram. "Anjloknya ini sungguh di luar dugaan pedagang" tutur Hiap Seng, jauhari emas di Gang Kenanga, Jakarta. Menurut dia, yang juga adalah salah seorang pengurus OPS Logam Mulia "tadinya diduga kemerosotan itu hanya sampai Rp 1.900 per gram". Satu dan lain hal mengingat ongkos eksploitasi penambangan, pengolahan dan pemurnian sudah cukup tinggi. Alat Spekulasi Kenyataannya lain. "Begitu persetujuan Kingston itu dicapai pasaran emas di Jakarta kena shock" kata Danil dari bagian penjualan pabrik pengolahan & pemurnian Logam Mulia. "Dan membikin pedagang jadi kaget sekaligus mengerem spekulasi" tambahnya pula. Para penjual emas perhiasan pun mengambil sikap menahan barang karena harga pokoknya mahal. Cukup alasan mengapa demikian. Sebab seperti kata Danil belakangan ini banyak emas balokan yang punya berat 100 gram itu dipakai sebagai alat spekulasi". Dulu, terutama di desa-desa orang mempunyai kebiasaan menyimpan hartanya dalam bentuk emas perhiasan, karena mudah dijual kembali. Pemilikan emas dalam bentuk perhiasan sekarang ini lebih kecil (30%) dibandingkan dengan pemilikan emas murni dalam bentuk balokan (70%). Sedang dulu malah sebaliknya: 70% perhiasan dan 30% berupa balokan. Kendati demikian, sebenarnya pasaran emas di sini tak perlu demikian anjlok. Sebab persediaan emas di dalam negeri terbatas, sementara permintaan cukup tinggi. Produksi tambang emas Cikotok di Banten Selatan, satu-satunya tambang emas di Indonesia yang aktif dewasa ini, di tahun 1974 cuma menghasilkan 265 kg emas dan 6.465 kg perak. Selain emas Cikotok, terdapat pula emas hasil produksi tambang yang diusahakan rakyat di Kalimantan dan Sumatera yang tidak teratur dan amat sederhana bekerjanya. Menurut perkiraan Aneka Tambang produksi tambang rakyat itu setiap tahun sekitar 2 x lipat produksi tambang emas Cikotok, atau 500-900 kg setahun. Jadi seluruhnya berjumlah sekitar 700-1200 kg setahun. Sedang emas yang dijual oleh 400 toko emas di Jakarta saja berkisar antara 375-1000 kg sebulan. Belum termasuk penjualan pedagang kaki lima yang tidak terdaftar di Jakarta maupun di Surabaya. Ujung Pandang, Medan, Padang, dan lain-lain. Sementara para pedagang emas Gang Kenanga dan di Proyek Senen memperkirakan setiap toko mas di Jakarta minimal dapat menjual 10 gram sehari. Banting Stir Jadi aneh juga jika harga emas di sini demikian merosotnya. Lagi pula suplai resmi dari luar negeri belum ada. Entah kalau masuknya itu liwat jalan lain, tanpa harus membayar bea masuk 30%. Kalau nantinya balok-balok emas IMF membanjiri pusat-pusat perdagangan emas kemungkinan turunnya harga bisa dimengerti. "Namun diperkirakan tidak di bawah 1.700 perak per gram" ujar seorang pedagang di Kenanga. Negara produsen emas terbesar, Perancis tentunya tidak akan mau dirugikan oleh IMF. Begitu pula Amerika Serikat dan Jerman Barat. Lagi pula orang Amerika Serikat atau Eropa lebih senang beli saham daripada emas, kecuali untuk cincin kawin. Alhasil kemungkinan balokan-balokan emas murni itu akan berada di bawah pengawasan pemerintahnya masing-masing atau disimpan dalam almari besi bank. Pengaruh kelesuan perdagangan emas ini terlihat pula di pabrik Pengolahan & Pemurnian Logam Mulia di jalan Gajah Mada, satu-satunya pabrik emas di Indonesia. Pabrik yang sudah berumur 30 tahun itu punya kapasitas produksi 6000 kg emas dan 120 ribu kg perak. "Tapi dari dulu sampai kini kapasitas produksi itu belum pernah dicapai" kata Kuasa Direksi, Nuryaman. "Bahkan volume pekerjaan dewasa ini menurun". Ketika harga emas di atas Rp 2000 per gram, emas yang diolah mencapai 30-50 kg sehari. Sekarang tidak sampai 25 kg sehari. Itupun sudah termasuk "pasir kaya" yang mengandung emas dan perak produksi tambang emas Cikotok. Dengan kata lain tidak banyak pedagang yang melebur atau memurnikan emasnya, disebabkan barangnya memang kurang, sementara pasaran emas sendiri belum menentu. Tidak hanya itu. Jauh selelum persetujuan Kingston, pemilik emas balokan di Jakarta banyak melemparkan emasnya ke pasaran, sehingga mendorong meluncurnya harga. Akibatnya, kata Hiap Seng, pedagang emas di Gang Kenanga banyak yang beralih usaha. Dari toko emas banting setir menjadi pedagang kertas, plastik, kelontong sampai ada yang menyewakan tokonya untuk kantor. Timbulnya perpindahan ini menurut dia juga karena pajak perusahaan bagi toko-toko emas di Gang Kenanga terlalu berat dibandingkan misalnya dengan yang di Proyek Senen. Selain itu orang sekarang lebih senang membeli tanah dari pada menyimpan emas balokan. Atau mendepositokan uangnya di bank di mana asal usul uangnya tidak diusut, sedang bunga yang dipetik iidak dipungut pajak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus