Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

May Day: Sejarah Suram di Balik Lahirnya Hari Buruh Sedunia

Peringatan May Day atau Hari Buruh yang jatuh setiap 1 Mei mempunyai sejarah yang suram. Kisah tentang mendapatkan hak bekerja yang adil.

1 Mei 2018 | 12.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Massa serikat buruh mengikuti reli Mayday atau Aksi hari Buruh Internasional di Jakarta, 1 Mei 2018. REUTERS/Darren Whiteside

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - May Day yang jatuh setiap 1 Mei adalah perayaan tahunan untuk menyambut datangnya musim semi di belahan bumi utara. Namun, pada abad ke-19, May Day mempunyai arti baru. Yaitu peringatan Hari Buruh untuk memperjuangkan hak para pekerja di seluruh dunia.

Kaitan tentang May Day dan hak buruh lahir di Amerika Serikat. Gerakan untuk mengurangi jam kerja perhari dari 10 hingga 8 jam adalah tujuan utama dari Serikat Buruh Nasional (NLU) di Amerika Serikat yang merupakan bibit dari Pekerja Federasi Amerika (AFL).

Baca juga:
Hari Buruh, Ini Bahaya Kesehatan Orang Gila Kerja
Hari Buruh Sedunia, Ini 6 Fakta May Day
Kim Jong Un Ganti Gaya Busana di 2018? Hitam atau Abu Monokrom?

Pengurangan jam ini dituntut karena kondisi kerja yang buruk pada masa Revolusi Industri telah menyebabkan ribuan pria, wanita, dan anak-anak meninggal.

Pada 1 Mei 1886, lebih dari 300.000 pekerja (40.000 dari Chicago) dari 13.000 bisnis memutuskan untuk melakukan pemogokan umum. Jumlah pemogok kerja pada hari-hari berikutnya bertambah mencapai 100 ribu pekerja.

Unjuk rasa yang berlangsung damai itu berubah ricuh saat terjadi insiden di Gedung Reaper McCormick pada 3 Mei 1886. Hari itu aktivis buruh bersama ribuan masa mengadakan rapat dengan rentetan literature bahasa Inggris, Jerman, dan lainnya. Literatur tersebut akhirnya mendorong konfrontasi kepada polisi dan pemerintah atas buruknya kondisi kerja. Akibatnya bentrok antar pekerja Chicago dan satuan polisi tak terhindarkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 4 Mei 1886 diadakan pertemuan umum untuk memprotes bentrok yang terjadi di hari sebelumnya. Saat itu, August Spies kemudian Albert Parsons menjadi pembicara. Tapi, tiba-tiba suasana yang sedang tenang mendadak panik, karena kerumunan pekerja dibubarkan paksa oleh polisi. Saat satuan polisi maju, seseorang tiba-tiba melemparkan bom ke dalam barisan mereka. Kekacauan tidak terhindarkan, akibatnya sekitar tujuh polisi dan delapan warga sipil meninggal hari itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kerusuhan Haymarket tersebut memunculkan gelombang penindasan pada skala nasional di Amerika Serikat. Pada Agustus 1886, delapan orang yang dicap anarkis dihukum 15 tahun penjara dalam sidang kontroversial meskipun tidak ada bukti yang mengaitkan terdakwa dengan pemboman tersebut. Akhirnya empat diantaranya dihukum gantung, satu bunuh diri dan tiga lainnya diampuni enam tahun kemudian.

Pada 1890, koalisi partai sosialis dan buruh di Eropa menyatakan demonstrasi untuk menghormati “Haymarket Martir”. Hari itu sebanyak 300.000 orang melakukan unjuk rasa pada Hari Buruh di London.

Peringatan 1 Mei akhirnya dianut oleh banyak pemerintahan di seluruh dunia. Kini May Day adalah hari libur nasional di lebih dari 66 negara. Perayaan tahunan ini mengingat perseteruan antara pemilik modal dan buruh. Serta perjuangan untuk memastikan praktik kerja yang adil bagi semua pekerja.

HISTORY | TIMEANDDATE | HOMICIDE | ANGGIANDINI PARAMITA MANDARU | SDJ

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus