Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Membawa Balik Dana Eksportir

5 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Manggi Habir

Berkurangnya persediaan dolar Amerika Serikat di pasar uang kita adalah salah satu penyebab lemahnya rupiah akhir-akhir ini. Dalam keadaan normal, pasokan dolar berasal dari hasil ekspor, dan sekali-sekali dibantu dengan cadangan devisa dari Bank Indonesia, terutama ketika ekspor turun atau ada arus dana keluar cukup besar.

Masalahnya, saat ini pasokan dolar hasil ekspor sudah mengering. Eksportir pun lebih suka memarkir duitnya di Singapura. Tanpa dana ini mengalir kembali masuk ke sistem perbankan kita, BI menjadi satu-satunya sumber pemasok dolar di pasar uang lokal. Dan, dengan cadangan devisanya yang mulai menipis, BI sulit diharapkan dapat terus menopang rupiah.

Singapura, sebagai pusat keuangan regional, memiliki kelebihan skala untuk secara efisien mengelola transaksi keuangan. Tapi daya tarik yang lebih penting adalah tarif pajaknya yang lebih rendah ketimbang tetangganya di ASEAN. Nah, soal tarif pajak inilah yang menjadi salah satu sasaran paket kebijakan ekonomi pemerintah yang baru diumumkan. Dalam paket kedua, ada insentif berupa pemangkasan pajak atas deposito dana hasil ekspor yang ditempatkan di dalam negeri.

Pajak atas pendapatan bunga deposito mata uang asing dengan tenor satu bulan turun menjadi 10 persen, dari 20 persen sebelumnya. Makin panjang tenornya, makin rendah tarif pajaknya. Untuk yang tiga bulan, tarifnya turun ke 7,5 persen, yang enam bulan turun ke 2,5 persen, dan yang di atas enam bulan bebas pajak. Tujuannya untuk mengalihkan dana dari tenor pendek menjadi panjang.

Selain mengembalikannya ke sektor perbankan kita, yang lebih penting adalah mengkonversi dana hasil ekspor itu ke dalam rupiah, sehingga mata uang asing ini menjadi bagian dari cadangan devisa negara. Itu sebabnya tarif pajak atas bunga deposito rupiah dari hasil ekspor dibuat lebih menarik. Untuk tenor satu bulan turun ke 7,5 persen, tiga bulan menjadi 5 persen, dan enam bulan ke atas bebas pajak.

Hitungan pemerintah, hasil bunga setelah dikurangi pajak dengan tarif baru itu akan menambah untung satu-dua persen bagi eksportir, dibanding jika mereka memarkir dananya di Singapura. Tapi masih perlu kita lihat sejauh mana keuntungan dari pengurangan pajak ini bisa menutup risiko akibat membawa balik dana mereka.

Insentif pajak ini adalah sisi "pemanis" dari kebijakan yang bertujuan meningkatkan pasokan dolar di pasar uang lokal. Namun, jika ternyata dana hasil ekspor tidak juga kembali dan rupiah terus melemah, beberapa pihak khawatir sisi "kayu" dari kebijakan dapat muncul. Sisi keras itu ialah kemungkinan diwajibkannya dana hasil ekspor dikonversi ke dalam rupiah.

Di sisi permintaan dolar, pemerintah sedang berusaha mengurangi porsi para spekulan yang biasanya membeli dolar dari pinjaman dalam rupiah. Otoritas keuangan tampak secara perlahan mulai mengetatkan pasar rupiah dengan menaikkan rate operasi moneternya. Tingkat bunga akan naik beberapa basis point, sehingga biaya pinjaman jadi lebih mahal. Di sisi lain, bunga deposito akan lebih menarik bagi mereka yang mempertahankan dananya dalam rupiah.

Pekan lalu, terlihat ongkos swap dolar-rupiah menjadi lebih mahal sampai ke tingkat 16 persen untuk swap satu bulan, dibanding 10 persen sebelumnya. Bunga pinjaman antarbank juga terlihat naik awal pekan lalu, dari 5,97 persen menjadi 7,95 persen, sebelum turun ke 7,19 persen di akhir pekan. l

Kontributor Tempo


KURS
Rp per US$
Pekan lalu 14.693
14.691
Penutupan 1 Oktober 2015

IHSG
Pekan lalu 4.209
4.255
Penutupan 1 Oktober 2015

INFLASI
Bulan sebelumnya 7,16%
6,83%
September 2015 YoY

BI RATE
Bulan sebelumnya 7,5%
7,5%

CADANGAN DEVISA
31 Juli 2015 US$ 107,6 miliar
US$ miliar 105,4
31 Agustus 2015

PERTUMBUHAN PDB
2014 5,0%
5,1%
Target pemerintah 2015

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus