Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inilah hasil kuartalan terbaik bagi pasar saham di negara berkembang dalam lima tahun terakhir. Pada tiga bulan pertama 2017, investor mendapatkan imbalan 11,4 persen jika menggunakan MSCI Emerging Market Index sebagai rujukan. Sekadar catatan, pengukuran MSCI mencakup 23 negara berkembang, termasuk Indonesia.
Optimisme pasar di Indonesia, sayangnya, tak sebesar itu. Investor di sini menikmati hasil lebih kecil jika berpatokan ke indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar Jakarta. Hingga Kamis pekan lalu, IHSG "hanya" naik 7,12 persen sejak awal tahun. Sepertinya, ada sesuatu yang mengganjal gerakan harga di pasar finansial Indonesia.
Mungkin ini salah satu ganjalnya. Indonesia sedang menanti rapor peringkat dari S&P Global Rating, salah satu lembaga pemeringkat yang menjadi rujukan pasar. Perkiraan pasar, akhir bulan ini rapor itu akan keluar. Sudah enam tahun S&P "menyandera" peringkat Republik Indonesia di kelompok tak layak investasi, BB+. Ini sebetulnya tinggal satu setrip saja di bawah layak investasi. Sementara itu, dua lembaga lain yang juga merupakan rujukan penting, Fitch dan Moody, masing-masing sejak Desember 2011 dan Januari 2012 sudah memasukkan Indonesia ke kelompok layak investasi.
Tahun lalu, sebetulnya pasar sudah berharap S&P memasukkan Indonesia ke golongan investasi. Rombongan besar S&P saat itu bahkan langsung bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Ternyata harapan itu sirna ketika pada Juni 2016 S&P tak mengubah apa-apa.
Kini harapan itu muncul lagi. Jika bulan depan peringkat Indonesia dari S&P naik, tak ada lagi hambatan legal ataupun psikologis bagi para pengelola dana investasi global dan dana-dana pensiun di negara maju untuk menanamkan uangnya ke aset-aset finansial di Indonesia. Semua lembaga pemeringkat utama sudah menilai Indonesia layak sebagai tujuan investasi.
Besar kemungkinan pula harga-harga saham akan melonjak lebih tinggi. Yang lebih penting, ada efek positif bagi keuangan negara dan korporasi yang menerbitkan surat utang. Imbal hasil atau yield surat utang asal Indonesia berpotensi turun. Ini berarti ongkos bunga utang lebih rendah. Ekonomi Indonesia menjadi lebih efisien karena ongkos berusaha lebih murah.
Dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah mendapatkan predikat layak investasi, sebetulnya berbagai indikator penting telah menunjukkan bahwa Indonesia lebih baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi atau rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto Indonesia, misalnya, jauh lebih baik daripada Meksiko atau Filipina.
Hasil analisis menggunakan model statistik yang dilakukan Mandiri Group Research pada akhir Maret lalu juga optimistis. Kemungkinan S&P menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi mencapai 63 persen. Satu lagi, Rabu pekan lalu, lembaga pemeringkat asal Jepang, R&I, sudah pula meningkatkan outlook peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif, dan tetap masuk kelompok layak investasi.
Selagi masih ada waktu, tak ada salahnya jika pemerintah mengintensifkan lobi agar Indonesia lepas dari sandera peringkat tak layak investasi versi S&P. Memang peringkat bukanlah segalanya. Rekam jejak juga menunjukkan bahwa perusahaan pemeringkat dapat melakukan kekeliruan yang membuat investor tersesat.
Itu misalnya terjadi pada 2008. Krisis global meletus lantaran lembaga pemeringkat gagal memberi peringatan kepada investor tentang buruknya kualitas aset berbasis kredit perumahan di Amerika Serikat. Tapi, tak bisa disangkal, lepasnya Indonesia dari sandera peringkat tak layak investasi akan membawa keuntungan luar biasa.
Yopie Hidayat
Kontributor TEMPO
Kurs | |
Pekan sebelumnya | 13.321 |
Rp per US$ | 13.341 |
Penutupan sesi pertama 7 April 2017 |
IHSG | |
Pekan sebelumnya | 5.589 |
5.645 | |
Penutupan sesi pertama 7 April 2017 |
Inflasi | |
Bulan sebelumnya | 3,83% |
3,61% | |
Maret 2017 YoY |
BI 7-Day Repo Rate | |
4,75% | |
16 Maret 2017 |
Cadangan Devisa | |
31 Januari 2017 | US$ miliar 116,890 |
Miliar US$ | 119,863 |
28 Februari 2017 |
Pertumbuhan PDB | |
2016 | 5,02% |
5,1% | |
Target 2017 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo