Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Harga minyak goreng curah di berbagai kota masih tinggi dan stoknya langka.
Kementerian Perindustrian mewajibkan 81 produsen minyak goreng memasok jenis curah.
Pemerintah daerah diminta ikut memantau HET minyak goreng curah.
JAKARTA – Sambil membungkus tempe mendoan yang masih panas, Anto, 46 tahun, berkeluh kesah soal minyak goreng curah. Sudah tiga hari dia belum menemukan stok produk tersebut di pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Harga minyak goreng kemasan mahal banget. Kalau enggak diganti dulu ke curah, untungnya makin tipis,” kata pedagang di depan Masjid Al Furqon, Waluya, Cikarang Utara, ini, kemarin. Minyak goreng kemasan berukuran 2 liter ia beli seharga Rp 49 ribu, sedangkan jenis curah 2 kilogram seharga Rp 38 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anto mengatakan kenaikan harga yang harus ia tanggung bukan cuma dari minyak goreng. Harga tepung untuk membalut tempe dagangannya juga naik. “Naiknya sampai Rp 20 ribu per karung.”
Dia mengaku sedang mempertimbangkan menaikkan harga dagangannya. Namun sikapnya maju-mundur karena Ramadan sudah di depan mata. “Takut pelanggannya kabur,” tuturnya.
Aminah, pedagang di Pasar Roxy, Cikarang Utara, menyatakan pasokan minyak goreng curah masih terbatas. Dia menunggu dua hari sampai bisa mendapatkan jatah dari agen. “Itu juga muter-muter dulu cari agen yang masih punya stok dan cuma dapat satu jeriken ukuran 16 kilogram.”
Dari agen tersebut, Aminah membeli minyak goreng curah seharga Rp 21 ribu per kilogram. Dia menjualnya ke konsumen Rp 23 ribu per bungkus ukuran 1 kilogram. Aminah mengatakan untungnya hanya sedikit karena termakan ongkos mengambil minyak ke agen dan biaya bungkus plastik.
“Saya dengar minyak curah sekarang disubsidi pemerintah. Semoga bisa cepat datang barangnya dan harganya benar murah,” tutur Aminah.
Kementerian Perdagangan mengatur harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter atau setara dengan Rp 15.500 per kilogram mulai 16 Maret 2022. Sebagai kompensasi bagi produsen yang menghadapi kenaikan harga minyak sawit mentah, pemerintah berjanji membayar selisih harga keekonomian dengan harga tertinggi tersebut. Subsidinya bakal disalurkan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Untuk memastikan stoknya tersedia, Kementerian Perindustrian mewajibkan 81 produsen minyak goreng memasok jenis curah mulai 21 Maret lalu. Juru bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, menyatakan proses pendaftaran produsen masih berlangsung sehingga penyaluran minyak ke pasar belum maksimal dan harga masih di atas HET.
“Kami juga sudah keliling ke Depok, Bogor, ke warung-warung, harganya masih sekitar Rp 17 ribu atau Rp 18 ribu per kilogram,” kata Febri. Dia memastikan pasar sudah mulai bisa dibanjiri stok mulai pekan depan sehingga harga diharapkan bisa bergerak turun.
Pengisian minyak goreng curah di kawasan Pasar Cipete, Jakarta, 6 Januari 2022. Tempo/Tony Hartawan
Jakarta pun tak luput dari masalah minyak goreng curah. Di Pasar Palmerah dan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, contohnya, para pedagang minyak goreng curah menyatakan stok yang mereka miliki masih terbatas. Harga yang mereka tawarkan pun belum sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah. Mereka menjual satu bungkus minyak berukuran 1 kilogram seharga Rp 20 ribu.
Di luar Jabodetabek, kelangkaan minyak goreng curah terpantau di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut Kepala Seksi Distribusi Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Gunungkidul, Sigit Haryanto, terjadi kelangkaan di wilayahnya karena distribusi yang tersendat. “Berdasarkan laporan petugas di lapangan, distribusi minyak goreng curah kurang,” ujarnya.
Sementara itu, di Pasar Tradisional Pa’baeng-baeng, Makassar, Sulawesi Selatan, minyak goreng curah sudah tidak ditemukan. “Minyak goreng curah hilang, sudah tidak ada yang jual,” kata Niami, pedagang di pasar tersebut. Yang tersedia hanya minyak kemasan 2 liter yang harganya Rp 55-60 ribu.
Menurut Daeng Nambung, yang juga berjualan di Pasar Tradisional Pa’baeng-baeng, sudah dua pekan ia kesulitan mencari stok barang tersebut. “Kami berharap pemerintah segera menambah pasokan minyak goreng curah karena itu sedang dicari masyarakat. Apalagi ini mau masuk bulan puasa,” tuturnya.
Deputi III Kantor Staf Presiden RI, Panutan Sulendrakusuma, mengharapkan keterlibatan pemerintah daerah dalam memantau implementasi kebijakan minyak goreng curah. “Kalau pemerintah daerah dilibatkan, mereka bisa memerintahkan pengelola pasar untuk ikut mengawasi distribusi dan HET,” ujarnya.
Panutan memastikan pemerintah bakal mempercepat penyaluran minyak goreng curah ke pasar dengan terus meyakinkan para produsen untuk turun tangan. Hingga Senin, 21 Maret lalu, sudah 42 dari 81 perusahaan yang mendaftar sebagai pemasok minyak goreng curah sesuai dengan HET. “Dengan jumlah tersebut, bisa dipastikan ketersediaan minyak goreng curah akan aman. Itu sudah mencukupi kebutuhan 7.000 ton per hari,” tutur Panutan.
YOHANES PASKALIS | VINDRY FLORENTIN | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo