Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mencari rupiah lewat iklan

Beberapa bank asing di jakarta menyediakan bunga tinggi untuk tabungan jangka pendek. bank-bank tersebut antara lain: algemene bank nederland, european asian bank. ternyata peminatnya banyak. (eb)

4 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN sabar dan cermat karyawati European Asian Bank (EAB) di Jakarta, melayani satu persatu tamu yang tak putus datang ke mejanya, Jumat, 20 Maret 1981. Sejak awal bulan ini, berbagai jenis tamu datang ke meja baru yang bertuliskan: Fixed Deposit itu. "Senin bapak bisa mengambil bunganya ke mari," ujar karyawati itu pada seorang pria yang baru menyetorkan uangnya lewat cek sebesar Rp 10 juta. Pria yang mengaku berkantor di Jl. Gajah Mada itu mengangguk dan seraya senyum beranjak dari kursi. Sambil memperlihatkan bunga Rp 130 ribu lebih yang akan diterimanya, kepada TEMPO, pria itu berkata "Milik kantor saya. Wah, kalau saya punya pribadi, mungkin saya ndak perlu kerja lagi." Dalam waktu 45 menit pagi itu, sekitar 10 orang telah menyetorkan uang mereka dalam rupiah dan dollar ke bank tersebut. Jumlahnya berkisar Rp 10 hingga Rp 20 juta. Mereka adalah para tamu yang tertarik dengan iklan yang dipasang EAB di koran-koran yang terbit di ibukota awal bulan ini. Beberapa bank asing lainnya, seperti Algemene Bank Nederland (ABN) juga memasang iklan. EAB misalnya, menawarkan bunga 15,75% per tahun bagi pemilik uang yang mendepositokan minimal Rp 25 juta selama sebulan. Bunga bervariasi antara 13,50% hingga 15,25% per tahun juga diberikan kepada pemilik uang, jika mau mendepositokan di bank itu dalam jangka waktu 1, 3, dan 6 bulan. Kegiatan bank asing yang menyediakan bunga untuk pinjaman jangka pendek itu, ternyata cukup menarik minat para pemegang uang 'panas'. "Saya mau coba saja, sebulan," kata Lim A Hwa, seorang pedagang dari Pasar Pagi, Jakarta Kota pada TEMPO, Jumat lalu. Ia mengaku biasa membeli emas di daerah Guntur dan dijual setelah harga baik di toko valuta asing CIC iJIPintu Besar Selatan Jakarta. "Harga emas agak kacau sekarang, saya mau istirahat dulu. Baca iklan, saya langsung ke mari," ujarnya polos. Ia tak perlu khawatir perputaran uangnya akan macet, karena dengan sistem negotiable certificates (surat-surat berharga yang bisa diperjualbelikan), yang diberikan EAB padanya setiap waktu ia dapat menjual kepada siapa saja sertifikat itu, jika tiba-tiba membutuhkan uang. Sertifikat yang dikeluarkan EAB itu memang tak bernama. Ini berbeda dengan deposito berjangka yang menyebutkan nama lengkap dan nama perusahaan yang mendepositokan uang mereka. Apa sasaran mereka? Jawaban hampir seragam diterima TEMPO: butuh dana. "Respons yang kami terima positif. Ada tambahan fresh money dari nasabah baru, meskipun ada juga nasabah lama yang mengambil uangnya untuk dipindahkan ke sistem yang diiklankan," kata Slamet, salah seorang staf EAB yang ikut mengatur penerimaan deposito tersebut. Ia tak menyebutkan jumlah tambahan itu, karena atasannya beranggapan "masih terlalu pagi untuk disebutkan. Yang jelas, kami memerlukan dana dari berbagai pihak, agar tak terlalu bergantung pada dua-tiga sumber saja, seperti biasa," ujarnya. Seorang pejabat Bank Indonesia mengakui pancingan bunga tinggi dari bank-bank asing itu adalah untuk menggalang dana. "Hal itu beberapa waktu lalu pernah juga mereka lakukan, sekalipun tak setinggi yang sekarang," katanya. Ia tak menutup kemungkinan, usaha bank-bank asing untuk menarik deposito dengan bunga-bunga yang merangsang, ada hubungannya dengan tingkat bunga yang masih tinggi di luar negeri, terutama yang diberikan oleh bank-bank di AS. Untuk mengendalikan inflasinya pemerintah AS menaikkan sukubunga yang sebelumnya mencapai sekitar 20%, tapi sekarang ini tingkatnya masih sekitar 18%. Ada kemungkinan bank-bank asing ini mengkoversikan simpanan rupiah menjadi dollar untuk didepositokan di bank-bank luar negeri dan mendapat keuntungan dari bunga yang lebih tinggi. Sumber dana bank asing di Jakarta, biasanya memang dari bank-bank nasional di dalam negeri, di samping dana yang mereka pinjam dalam bentuk dollar AS dari luar negeri. "Setiap Maret-April semua bank memang harus melakukan perhitungan. BI tutup buku pada bulan ini, dan ceiling (batas kredit) baru segera dikeluarkan. Karena itu semua bank memasang kuda-kuda untuk persiapan agar operasional mereka tetap berjalan lancar," kata Nico Lolong, Executive Officer The Hongkong & Shanghai Banking Corporation, di Wisma Hayam Wuruk, Jakarta. Bank itu juga menyiapkan bunga deposito jangka pendek 15% per tahun untuk pinjaman minimal Rp 25 juta. Mulai Stabil Apakah kegiatan bank asing itu tak mengganggu para nasabah yang sudah menanam uangnya di bank-bank swasta nasional dan pemerintah? "Ini pertanda rupiah kita mulai stabil, ujar Dr. Panglaykim, salah seorang pimpinan Sejahtera Bank Umum Jakarta, Sabtu lalu. Ekonom itu tidak melihat kegiatan bank asing itu bakal mengancam bisnis bank swasta nasional. "Yang ditarik itu nasabah kecil-kecil, paling antara Rp 5 hingga Rp 15 juta. Ya, memang ada fluktuasi sekitar 2%. Jika bank kami biasa menerima Rp 2 milyar, sekarang menurun sekitar Rp 1,8 milyar." Keaktifan bank-bank asing itu mencari rupiah, menurut Panglaykim, selain karena cost of money (biaya uang) yang lebih murah dari pada menggunakan dollar, juga karena faktor peminjam yang mau tak mau memaksa bank asing itu mencari rupiah. Mereka adalah para pengusaha industri atau perusahaan PMA patungan yang membuka bisnis di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus