Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan secara umum sektor perdagangan besar dan eceran nasional pada 2020 mengalami pelemahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Termasuk perdagangan kendaraan motor yang menjadi salah satu indikator transaksi perdagangan mengalami koreksi 3,72 persen," ujar Muhammad Lutfi dalam pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, Kamis, 4 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati demikian, menurut perhitungan lapangan usaha, Lutfi mengatakan sektor perdagangan masih mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 1.995,4 triliun atau setara 12,93 persen dari Produk Domestik Bruto.
Sementara itu, berdasarkan pendekatan pengeluaran, nilai total barang dan jasa yang diperdagangkan, dicerminkan oleh nilai konsumsi masyarakat dalam negeri yang berkontribusi 58,97 persen dalam pendapatan nasional.
Adapun kontribusi ekspor barang dan jasa sebesar 17,17 persen disertai dengan impor sebesar 16,2 persen. "Ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia di 2020, Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang sebesar US$ 21,7 miliar, meskipun surplus tersebut lebih dikarenakan nilai impor Indonesia yang turun lebih besar daripada ekspor," ujar dia.
Hal yang menjadi catatan menggembirakan dari perdagangan di tahun 2020, kata Lutfi, yaitu 81,2 persen dari total ekspor Indonesia adalah dalam bentuk industri primer dan produk manufaktur. Menurut dia, capaian itu menunjukkan transformasi nyata bahwa Indonesia telah menjadi kekuatan Industri dan tidak lagi hanya ekspor barang mentah dan setengah jadi.
"Pada 2020, ekspor Indonesia ke sejumlah kawasan tardisional dan non tradisional masih menunjukkan pertumbuhan dan itu ke Eropa Barat naik 17,07 persen, Amerika Utara naik 3,51 persen, Asia Timur naik 4,01 persen, Eropa Timur naik 9,99 persen, dan Afrika Timur naik 8,09 persen," ujar Lutfi.
Terkait kinerja perdagangan domestik, Lutfi berujar stabilitas bahan pokok tetap terjaga dengan tingkat inflasi bahan pangan dan gejolak volatile food 3,62 persen. Namun demikian, ia mengatakan perdagangan ritel yang didominasi UMKM dan sektor informasl mengalami tekanan yang cukup berat
"Ini akibat pandemi Covid-19 yang tercermin pada riil sales index pada Desember 2020 hanya mencapai indeks 190,1 atau koreksi 19,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya," tutur Lutfi.