Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut rencana kebijakan tarif impor baja 25 persen, yang akan diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, ibarat makan buah simalakama bagi Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ibarat buah simalakama. Dimakan ibu mati, kalau tidak dimakan bapak mati. Kalau dikenakan biaya di sini, industri hilir protes. Tidak dikenakan biaya, industri hulu yang protes," katanya saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti diketahui, akibat kebijakan itu, Cina, selaku produsen baja terbesar di dunia, yang juga mengirim baja ke Amerika, diperkirakan akan mencari pasar lain, seperti di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Berdasarkan Data World Steel Association pada 2017, produksi baja Cina mencapai 831,7 juta metrik ton. Sebagian besar digunakan di dalam negeri, sementara yang diekspor 95 juta ton.
Menurut Enggar, dampak dari kebijakan itu ada dua, yakni baja Cina akan banjir ke mana-mana, termasuk ke Indonesia, dan tatanan ekonomi dunia akan berubah. Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi, Enggar melanjutkan, bisa saja dengan kebijakan pengenaan bea masuk antidumping. Namun di lain sisi paket kebijakan Indonesia adalah post-border, di luar kawasan pabean.
"Jadi ibarat makan buah simalakama. Dampak langsungnya memang tidak besar, tapi dampak tidak langsungnya yang dikhawatirkan," ujarnya.
Enggartiasto menjelaskan, kebijakan yang akan diambil pemerintah untuk mengantisipasi banjirnya baja Cina ke Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Menteri Perindustrian. "Kita sudah kirim surat ke Menteri Perindustrian. Kewenangan beliau yang memutuskan rekomendasi apa yang akan diberikan," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mengomentari rencana kebijakan Trump itu. Dia mengingatkan dampak buruk yang akan terjadi akibat perang dagang yang dilakukan Trump.
"Kalau sampai terjadi retorika untuk saling membalas dari sisi tarif. Sejarah dunia sudah menunjukkan, jika terjadi perang dagang, maka akan berdampak buruk bagi ekonomi dunia," tuturnya di Jakarta, Selasa, 6 Maret 2018.
Di internal pemerintahan Amerika sendiri, kebijakan ini masih menuai kontroversi. Terjadi perdebatan antara Trump dengan kongres dan senat negara Paman Sam itu. Bahkan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Gary Cohn mengundurkan diri pada Selasa, 6 Maret 2018, waktu setempat, karena Trump bersiap mengenakan tarif impor baja dan aluminium.