Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Demi Nama Baik, Amin

Pemerintah mengambil alih proyek jaringan telepon mekah-medina yang dikerjakan pt motoresia, gabungan elnusa dengan pt. handara graha, karena kontraktor tersebut terlambat dalam menyelesaikan proyek tersebut. (eb)

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PURNOMOSIDI Hadjisarosa, Menteri PU, masih di Arab Saudi ketika Kamis pekan lalu diberitakan ada pekerjaan sebuah kontraktor Indonesia di Mekah terpaksa diambil alih pemerintah. "Syukur Alhamdulillah kita cepat bertindak sehingga nama baik Indonesia dapat dijaga,"kata Purnomosidi seperti dikutip Antara. Dalam berita itu disebutkan kontraktor yang "hampir bikin malu" Indonesia sedang mengerjakan proyek jaringan telepon Mekah-Medina. Mestinya Juni lalu sudah rampung 195 kabinet, tapi baru bisa selesai 92 kabinet. Padahal target waktu menjelang musim haji sudah dekat. Menabrak Pipa Ledeng Karena itu Purnomosidi -- yang ke Arab Saudi antara lain untuk meresmikan pembukaan kantor PT Indonesia Consortium of Construction Industries (ICCI) di Ryadh -- minta agar sisa pekerjaan diselesaikan dalam waktu dua bulan mendatang. Tidak usah menunggu empat bulan seperti batas waktu yang diminta Arab Saudi. Diakui itu tidak mudah. Tapi menurut menteri, "usaha itu sekaligus untuk memperagakan Indonesia bersungguh-sungguh dalam pekerjaan, mampu, dan berani bersaing dengan kontraktor negara lain." Tapi Senin, 14 Juli, sehari setelah tiba dari Arab Saudi Purnomosidi menolak memberi keterangan tentang pernyataannya itu kepada TMro. "Saya belum siap," katanya. Nampaknya memang ada yang perlu diperbaiki dari berita yang sudah telanjur tersiar itu. "Pemerintah bukan mengambil alih. Yang benar pemerintah campur tangan untuk membantu menyelesaikan proyek telepon itu," kata Zainul Yasni, Ketua Tim Koordinator Pengembangan Ekspor ke Timur Tengah. Turut Menteri PU ke Arab Saudi, Yasni menerangkan, "yang diambil alih bukan proyeknya tapi segala permasalahannya." Dan sebagai pelaksananya Menteri PU menunjuk PT ICCI untuk membantu kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor yang sedang mengerjakan Proyek sebesar US$ 130 juta itu adalah perusahan gabungan Elnusa dan PT Handara Graha yang memakai nama PT Motoresia. Elnusa, masih anak perusahaan Pertamina dipimpin Dir-Ut Udaya Hadibroto, menantu Ibnu Sutowo. Sedang PT Handara Graha adalah perusahaan keluarga yang diketuai salah seorang anak bekas Dir-Ut Pertamina itu. Mulai dikerjakan sejak tahun 1978, menurut kontrak proyek itu berakhir tahun 1981. Menurut Yasni, keterlambatan proyek itu antara lain disebabkan faktor di luar jangkauan PT Motoresia yang kedudukannya dalam proyek itu sebagai subkontraktor dari perusahaan Dong Ah, Korea Selatan. Dong Ah sendiri dalam proyek ini merupakan subkontraktor dari kontraktor utama patungan Belanda-Swedia (Philips-Ericson). Dong Ah, menurut Zainul Yasni, sering terlambat memberikan perintah kerja. Juga gambar-gambar bertahun 1978 yang didirikan banyak yang tidak tepat lagi. Misalnya penggalian kabel yang menurut gambar tidak melalui rumah-rumah, kini ternyata harus lewat bangunan-bangunan. Bahkan ketika dilakukan penggalian tanah ada yang terpaksa harus menabrak pipa ledeng atau kawat listrik. Untuk menabrak rintangan itu diperlukan izin pemerintah setempat yang sering makan waktu lama. Keterlambatan penyelesaian sebuah proyek itu ternyata bukan yang pertama kali. PT Tehnik Umum Associates sebagai subkontraktor dari sebuah perusahaan Arab Saudi pernah terlambat enam bulan, disebabkan kontraktor Arab Saudi yang menyuplai bahan-bahan untuk proyek itu sering terlambat menyalurkannya. Bagaimanapun perlu diteliti apakah keterlambatan itu akibat ulah pihak Korea bukan, yang terkenal trampil di Arab Saudi itu. I api apa pun alasannya, Dir-Ut PT Bangun Cipta Sarana, Siswono, memuji tindakan cepat Menteri Purnomosidi. Paling tidak dengan menunjuk PT ICCI untuk mengulurkan bantuan bisa lebih memantapkan fungsi konsorsium yang dibentuk oleh Menteri PU Maret lalu. Beranggota 17 perusahaan, 6 di antaraya perusahaan negara, konsorsium itu ingin membidik proyek-proyek yang lebih banyak di Arab Saudi. Dalam kata-kata Menteri Purnomosidi, konsorsium dengan deking modal pemerintah itu ingin dijadikan "meriam yang lebih besar" untuk menyerbu Timur Tengah. "Kita tidak main-main. Semua ini untuk mencari devisa, menyalurkan tenaga kerja, meraih kesempatan untuk mempertinggi ketrampilan tenaga-tenaga Indonesia dengan teknologi yang mutakhir," katanya. "Juga untuk persaudaraan Islam". Amin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus