Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengekspor stasiun

PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) yang memproduksi Stasiun Bumi Kecil (SBK) diam-diam sudah mengekspor ke Malaysia. (eb)

1 Desember 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA bilang badan usaha milik negara (BUMN) cuma bisa berkutat di pasar lokal. Dalam skala masih kecil, PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia), sejak tahun lalu, diam-diam sudah mengekspor enam stasiun bumi kecil (SBK) ke Malaysia dengan nilai US$ 1,6 juta. Tahun depan, persero negara di bawah Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi ini akan kembali memasang SBK di negeri itu dengan jumlah dan nilai sama. Kata pihak manajemen Inti, ekspor dalam rangka kontrak lima tahun itu dilakukan sesudah BUMN ini memenangkan tender internasional, yang diikuti lima perusahaan telekomunikasi dunia terkemuka. Selama terikat kontrak itu, Inti berkewajiban menyediakan segala macam kebutuhan SBK dari merencanakan, merakit, dan memasang perlengkapan itu, sampai melatih para teknisinya. Jaminan suku cadang disediakan selama 15 tahun. Belum jelas benar berapa banyak SBK diperlukan Malaysia untuk menangkap sinyal-sinyal transponder Palapa, yang disewanya dari Indonesia guna menyelenggarakan telekomunikasi di dalam negerinya. "Yang pasti, setiap akhir tahun akan diselenggarakan perundingan mengenai berapa banyak SBK dipesan pada tahun berikutnya,i' ujar Junirman Bahar, direktur administrasi dan niaga Inti, Bandung. Untuk kebutuhan tahun depan itu, belum lama ini, Inti sudah mengirimkan SBK ke negeri tetangga tadi. Manajemen PT Radio Frequency Communication (RFC), yang pernah mempromosikan SBK di Malaysia, menyatakan angkat topi atas keberhasilan Inti mengekspor perlengkapan itu. Sayang, memang, perusahaan yang dikelola para dosen ITB ini tidak tahu adanya tender internasional tadi. Sekitar lima tahun lalu, perusahaan ini pernah ikut tender di negeri itu, tapi kalah. Mungkin karena itu, RFC lalu lebih memusatkan perhatian ke pasar lokal. Pihak Departemen Hankam, yang memesan lebih dari 50 SBK padanya, merupakan konsumen terbesar - kemudian Pertamina dan Perumtel. Sebagai penghasil SBK terbesar, RFC, yang didirikan dengan fasilitas PMDN (1969) oleh enam dosen elektro ITB, bisa dibilang merupakan perintis pembuatan barang teknologi tinggi itu. Pasar untuk perlengkapan penerimaan di darat ini mulai terbuka lebar sesudah pemerintah meluncurkan satelit Palapa untuk menyelenggarakan hampir sebagian besar komunikasi di dalam negeri. Bahkan, pasar ekspor pun mulai terlihat, tatkala sebagian negara tetangga mulai menyewa kelebihan transponder Palapa. Secara berangsur, kini, perusahaan lokal mulai menggeser peranan Ford dan Philips, sebagai penyuplai kebutuhan SBK ke pelbagai instansi di sini. Prospek industri itu rupanya cukup menarik Inti, yang semula memusatkan perhatian pada produksi telepon. Sebuah divisi sudah dibentuknya untuk menangani produksi SBK. Tenaganya cukup diambilkan dari karyawan Inti, yang kini berjumlah 1.500, termasuk di dalamnya 70 sarjana elektro muda usia. Kerja sama teknik dilakukannya dengan Japan Radio Corp., Nippon Electric Corp., dan Siemens dari Jerman Barat. Hingga kini memang sekitar 60% komponen, perlengkapan pembuatan, sampai teknologi Inti berasal dari Siemens. Dalam upaya mengurangi ketergantungan pada hanya satu sumber, Inti secara berangsur akan mencari teknologi dan komponen dari negara lain. Jenis komponen yang masih perlu diimpor biasanya berupa printed circuit board dan integrated circuit. Volumenya kira-kira meliputi 60% dari seluruh kebutuhan komponen. Sedangkan sistemnya dirancang Inti sendiri. Pesanan pertama untuk perusahaan ini datang dari Perumtel, yang membeli 20 SBK untuk dipasang di berbagai pelosok daerah. Banyak biaya dan tenaga tentu dikeluarkan Inti untuk merintis diversifikasi usahanya ini. Kalau kelak Inti dan juga RFC bisa memperluas pasarnya ke negara lain, bukan tak mungkin usaha mereka akan mendorong munculnya industri penyuplai komponen elektronik di dalam negeri, yang bakal menghasilkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus