ADA saatnya dirjen Pariwisata Joop Ave menyampaikan kabar baik. Kata Joop dalam sebuah seminar di Semarang, pekan lalu, arus wisatawan asing yang masuk Indonesia tiga tahun terakhir ini rata-rata naik 4,5%. Bagian terbesar pemberi devisa, sampai saat ini, masih berasal dari para pelancong asal Asia Pasifik dan Eropa Barat sekitar 65% setiap tahun. Pertambahan kunjungan cukup mencolok, kabarnya, muncul tak lama sesudah pemerintah membebaskan visa para turis dari sejumlah negara. Cuma sayang, sejak dolar menguat, turis Amerika rupanya belum begitu banyak tertarik datang ke sini. Tapi, tentu bukan hanya karena itu, pemasukan jasa-jasa dari sektor pariwisata masih terus defisit selama Repelita III lalu. Mungkin karena perjanjian penerbangan Garuda dengan negara lain belum mendukung promosi pariwisata. Tahun anggaran lalu saja, defisit itu diperkirakan masih US$ 112 juta - sedangkan pada 1982-1983 defisit itu mencapai US$ 248 juta. Sementara itu, keadaan sebaliknya terjadi di Penang, Malaysia. Dua tahun terakhir ini, kunjungan wisatawan asing ke pulau eksotis di pantai timur Semenanjung Malaka itu merosot rata-rata 30%. Dalam sembilan bulan (sampai September tahun ini), kunjungan turis asing baru 126 ribu. Karena kunjungan pelancong turun, tingkat penghunian kamar hotel di sana pun turun dari 80% di tahun 1982 jadi 62% di tahun lalu. Tahun 1986, tingkat penghunian itu mungkin hanya 29%, jika 20 hotel baru yang menyediakan lebih dari 4.000 kamar selesai dibangun. Situasi suram itu jelas meleset dari perkiraan badan promosi Malaysia, yang meramalkan bahwa kunjungan pelancong asing ke situ rata-rata akan mencapai 500 ribu setahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini