BERBELANJA bagi selapis elite masyarakat Jakarta samalah artinya dengan menghamburkan uang di pusat pertokoan yang nyaman, sejuk, bergengsi, dan menyediakan barang berkualitas tinggi sekaligus menyandang merk termasyhur di dunia. Keris Gallery, sebuah toko mewah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, sukses menjajakan busana dan perlengkapan pribadi semacam itu. Lantas di Kebayoran Baru, pertengahan tahun ini, muncul lagi toko dengan konsep serupa: Grand Duta. Toko-toko mentereng ini ternyata tidak sepi dari pembeli, asalkan lokasinya tepat. Untuk Jakarta, lokasi paling bergengsi tentulah sekitar segitiga emas: Jalan Jenderal Sudirman-Jalan Thamrin, Jalan H.R. Rasuna Said, serta Jalan Gatot Subroto. Pusat-pusat bisnis itu paling diincar oleh developer karena bisa untuk perkantoran, cocok untuk hotel atau pusat perbelanjaan. Tak heran kalau beberapa tahun lalu ada calon investor yang gemas melihat Hotel Asoka, di seberang Hotel Indonesia, yang kusam dan mengenaskan tapi terletak di lokasi sangat strategis. Asoka kini sudah raib. Di tempatnya berdiri sebuah kompleks hotel dan pertokoan mewah bernama Plaza Indonesia (PI). Sebanyak US$ 260 juta dana telah dikucurkan PT Bimantara Eka Santosa untuk membangun pertokoan bertingkat lima dan hotel mewah Grand Hyatt yang menjulang 28 tingkat di atas,tanah 4,2 hektare itu. Kali ini Bimantara brgandeng tangan dengan taipan Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas Group) dan Ferry Teguh Santosa (Ometraco Group). Adapun PI direncanakan rampung Maret tahun depan. Tapi lima bulan sebelumnya --dua pekan lalu - PI muncul di banyak iklan, mempermaklumkan bahwa 91 % dari 497 unit pertokoan dan perkantorannya telah tersewa. Bukan main. Padahal, tarifnya tidak murah -- bergerak antara US$ 25 dan 100 per m2 tergantung besar kecil dan strategis tidaknya ruang yang disewa. Dari lima lantai PI yang disediakan untuk pertokoan dan perkantoran, jaringan toko serba ada Jepang, Sogo, mengambil 17.100 m2 hampir separuh dari total ruangan yang 39.000 m2. Penyewa besar lainnya adalah perusahaan penerbangan Belanda KLM, yang selama 26 tahun berkantor di lantai dasar Hotel Indonesia. "Kami butuh ruangan yang lebih luas dan prestisius," ujar A.B. Vos, Manajer Pemasaran KLM Indonesia. Untuk itu KLM menyewa 870 m2 di lantai dasar PI. Sementara itu, anak perusahaan Bimantara yang bergerak di jasa pelayanan penerbangan internasional, PT Jasa Angkutan Semesta (JAS), menyewa 800 m2. Melalui JAS, calon penumpang bisa check-in dan langsung memperoleh boarding pass di PI, sebelum berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng. "Dengan begitu, para calon penumpang masih bisa memanfaatkan menit-menit terakhir untuk mengurus bisnis atau sekadar berbelanja di PI," kata Benny Pongai, Asisten Manajer Pemasaran PI. Benny juga menjelaskan, PI sengaja dirancang untuk menghidupkan konsep toko-toko khusus alias specialty stores. Toko-toko yang cuma menjual barang eksklusif atau produk merk tertentu kini semarak berkembang di mancanegara -- pola yang kemudian tampaknya ditiru oleh pedagang, eceran di Jakarta. Sebagian besar penyewa unit-unit kecil di PI adalah kelompok fashion. Ada Benetton, Batik Keris, Calvin Klein, Choya, Charles Jourdan, Country Fiesta, ESPRIT, Giordano, Kenzo. Juga ada toko-toko khusus sepatu, di samping toko permata dan jam, restoran, salon, dan tiga buah bank. Toko busana semacam itu, juga dominan di Ratu Plaza. Dengan tarif sewa US$ 30-70, hampir 95o ruangan di sana sudah terisi. "Bisnis ruang pertokoan di Jakarta belum jenuh. Tergantung lokasi dan kualitas gedungnya, " ujar Direktur PT Ratu Sayang International, Johnny Onggo. Bachtiar Abdullah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini