Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menceritakan soal anggaran biaya tambahan atau ABT sebesar Rp 5,83 triliun yang Kementerian Pertanian ajukan pada akhir 2023 dan akhirnya tak jadi cair. Padahal sebenarnya tambahan alokasi anggaran itu untuk meningkatkan produksi padi dan jagung melalui berbagai tindakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) menyetujui usulan Anggaran Belanja Tambahan atau ABT 2023 yang diajukan Kementerian Pertanian (Kementan). ABT yang diajukan sebesar Rp 5,83 triliun. Amran juga mengaku telah konsultasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu mengenai usulan itu. Meski demikian, penambahan anggaran itu akhirnya tidak jadi cair.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang ABT kemarin belum turun, anggaran biaya tambahan yang 2023 akhir enggak jadi turun. Enggak turun," ujar Amran dalam keterangannya di Kantor Kemenko PMK pada Senin, 19 Februari 2024.
Karena itu, kata Amran, Kementerian Pertanian melakukan refocusing anggaran dengan mengalihkan anggaran yang tidak produktif menjadi anggaran produktif. Anggaran produktif yang dimaksud akan dialokasikan untuk pembelian benih. "(Untuk) beli benih, karena sekarang sudah mulai turun hujan," ujar dia.
Amran juga menyebut, dengan anggaran yang ada pihaknya juga akan menggenjot program pompanisasi seperti yang dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pompanisasi adalah sistem irigasi yang memanfaatkan air bawah tanah untuk mengairi lahan pertanian dengan pompa air. "Seperti Bengawan Solo, kita pompa airnya supaya naik," kata Amran.
Sebelumnya, pada November 2023, Amran telah mengajukan ABT 2023 sebesar Rp 5,83 triliun. Padahal, Pagu Anggaran Kementerian Pertanian atau Kementan tahun 2023 baru terserap 63,77 persen atau senilai Rp 9,45 triliun.
"Kementan juga sedang mengusulkan anggaran tambahan 2023 Rp 5,83 triliun," kata Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, di Gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu, 8 November 2023.
Dari usulan Anggaran Belanja Tahunan sebesar Rp 5,83 triliun, sekitar Rp 2,5 triliun akan diperuntukkan kepada Ditjen Tanaman Pangan. Dana tersebut akan dialokasikan untuk membeli berbagai jenis alsintan pascapanen, mengoptimalkan lahan rawa, dan pembelian pupuk serta pestisida.
Selain itu, sekitar Rp 3,1 triliun dari anggaran tersebut akan dialokasikan oleh Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian untuk membeli benih jagung hibrida, sarana produksi atau saprodi jagung hibrida, pembelian saprodi padi untuk mendukung percepatan tanam, benih padi untuk mendukung optimalisasi lahan rawa, hingga pembelian 380 unit alsintan pascapanen.