Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menunjang Hilir, Memperkuat Hulu

Paket deregulasi diharapkan membuka kesempatan memperoleh devisa dari nonmigas. Wawancara Tempo dengan Menperin Hartarto, 56, tentang kaitan pengembangan perindustrian dengan paket deregulasi november.

26 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGUMUMKAN paket deregulasi ternyata tak mudah. Banyak peraturanyang mesti dibikin jelas, sehingga Menko Ekuin dan Pengawasan Pembangunan, bersama menteri-menteri terkait, Senin pekan ini sampai tiga kali membeberkan paket kebijaksanaan itu di hadapan tiga kelompok berbeda: wartawan lokal, wartawan asing, dan Kadin. Apa boleh buat. Demi perbaikan dunia usaha -- terutama yang berorientasi ekspor -- penjelasan rinci tentang deregulasi itu haruslah diutamakan. Melelahkan, tentu, namun Menteri Perindustrian Hartarto, 56 tahun, menyediakan waktu untuk wawancara, saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30 Senin malam. Seperti diketahui, tahun 1987 ekspor nonmigas dari kelompok industri sudah mengumpulkan 6,7 milyar dolar AS, meningkat hampir 48%, dari tahun 1986. Lalu dari Januari hingga Juli tahun ini, ekspor dari kelompok indusri telah menggumpal sampai 5 milyar dolar. Tak berlebihan kalau diharapkan -- dengan Paket Deregulasi 21 November -- kesempatan untuk meraup devisa dari nonmigas bisa terbuka luas. Sasarannya untuk tahun anggaran 1988-1989 ini adalah 11,3 milyar dolar. Memang benar, deregulasi bidang industri itu tidak langsung kelihatan. Deregulasi justru berlaku terhadap proteksi tata niaganya, yang berada dibawah pengelolaan Deparemen Perdagangan. Produk baja, yang selama ini dikuasai Krakatau Steel, misalnya, sebagian besar dibebaskan tata niaganya. Pengusaha yang membutuhkan produk tertentu bisa membelinya dari pemasok luar negeri, melalui importir umum yang memenuhi persyaratan pemerintah. Di samping itu, kelancaran arus barang -- lewat deregulasi di bidang angkutan laut -- juga diperkirakan akan sangat membantu pertumbuhan industri dalam Pelita V, yang pertahun diharapkan mencapai 7,5%. Tentang penataan kembali di sekor riil ini, Menteri Perindustrian Hartarto berusaha menguraikannya lebih rinci, dalam wawancara khusus dengan wartawan TEMPO Suhardjo Hs. dan Sidartha Pratidina. Petikkannya: Apakah deregulasi ini akan membuat bidang industri bisa berkembang lebih cepat? Peluang-peluang lebih banyak jelas. Deregulasi dalam bidang perhubungan dan perdagangan itu dapat menunjang perkembangan indusri. Nah, sektor industri harus menyusun matriksnya untuk ke depan. Perindustrian tidak dapat kerja sendiri, api harus didukung, misalnya, pengadaan bahan baku. Gubernur Bank Sentral pun sudah mengemukakan bahan barang-barang komoditi primer yang dulu biasa diekspor, bila akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga mendapat perlakuan kredit ekspor yang sama. Kemudian PPN (Pajak Pertambahan Nilai) bisa ditarik kembali melalui P4BM. Nah, ini 'kan semua kemudahan untuk bahan baku primer. Lalu deregulasi bidang perhubungan akan mendorong transportasi bahan baku, bahan penolong, dan bahan jadi. Ini juga akan menunjang industri kita. Juga, deregulasi perdagangan diadakan, dan diharapkan akan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Manfaatnya apa saja? Manfaatnya, membuat kelancaran, misalnya, di bidang industri plastik. Diharapkan deregulasi ini akan mengembangkan industri hilirnya, lantaran ia merupakan andalan ekspor yang besar. Contohnya: di Taiwan industri hilir plastik sudah mencapai 2 milyar dolar AS. Hal yang serupa juga kita harapkan di indusri hilir baja di sini. Bagaimana pengaruhnya bagi pertumbuhan industri nasional? Faktor yang mendorong angka pertumbuhan industri adalah ekspor. Peningkatan nilai ekspor hasil industri diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan industri nasional. Komoditi yang kita ekspor itu dapat mengembangkan industri penunjang. Makin besar ekspornya, maka makin terasa kaitannya. Di samping itu, juga mendorong keterkaitan indusri itu sendiri, dan industri dengan sektor ekonomi lainnya yang diharapkan dapat menumbuhkan nilai tambah maksimal. Kita juga melakukan pendalaman struktur industri, sehingga ketergantungan akan impor berkurang. Dengan demikian diharapkan nilai tambah pertumbuhan industri bisa lebih luas. Dan akhirnya akan memberikan saham terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional. Tapi mengapa tak semua produk baja kena deregulasi? Nilai impor baja yang dibebaskan atau niaganya mencapai 500 juta dolar. Berani tinggal senilai 100 juta dolar yang belum tersentuh deregulasi. Jenis baja yang bersifat longproduct, flat product, memang masih dipertahankan tata niaganya. Misalnya baja canai dingin (cold rolling mill). Hal ini dilakukan lantaran keadaan industrinya masih memerlukan perlindungan. Tapi pada kertas, misalnya, tarif bea masuknya justru diturunkan dari 60% menjadi 35%, pada semua jenis, kecuali pada kertas koran yang nol. Ini dilakukan lantaran sudah kuat daya saingnya. Dampaknya, tentu buku-buku akan lebih murah. Bagaimana menentukan tarif bea masuk guna proteksi industri? Ada beberapa macam. Dan itu sangat luas, sulit dikemukakan. Tapi semua industri yang sudah kita produksi kita lindungi melalui tarif, misalnya baja. Rokok sigaret dan kretek saja proteksinya mencapai 60% -- sebelumnya malah tertutup sama sekali. Hal itu mengingat bahwa tenaga kerja yang terserap dalam produksi rokok kretek amat banyak. Lagi pula, kalau sudah dibikin di dalam negeri, buat apa kita impor? Deregulasi kini tak menyentuh industri kecil? Lho, industri kecil ini justru kita proteksi. Jangan sampai usaha deregulasi itu mematikan si kecil. Impor produk untuk si kecil ini 'kan tidak boleh. Misalnya impor pacul. Mengapa proteksi industri masih ketat? Kita masih terus mengisi industri hulu. Dengan demikian, ketergantungan terhadap bahan baku, bahan penolong, akan semakin berkurang. Contohnya: saat ini sedang dipersiapkan pabrik petrokimia yang menghasilkan aromatik dan olevin. Pabrik ini diharapkan selesai pada tahun 1993. Bila pabrik sudah beroperasi nanti, kita tidak perlu lagi mengimpornya, sehingga dapat menghemat devisa 600 juta dolar AS. Juga, kita persiapkan pabrik pulp dan kertas, seperti yang ada di Irian Jaya, Riau, dan Aceh. Demikian juga dengan industri barang modal. Kita terus mendorong kemajuan industri barang modal, hingga diharapkan ketergantungan dari impor barang modal ini akan berkurang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus