Boleh jadi, inilah pertanyaan paling hot sepanjang bulan ini: bank mana saja yang akan dibabat? Jawaban rinci belum akan kita dengar sampai akhir Februari. Tapi pagi-pagi, Direktur Perbankan BI, Subarjo Joyosumarto, menegaskan bahwa semua bank yang pada 27 Februari masih masuk dalam kategori C (tingkat kecukupan modal kurang dari negatif 25 persen) akan kena tebas.
Bukan cuma itu. Walau sudah masuk kategori B (tingkat kecukupan modal antara minus 25 persen dan 4 persen), bank tak otomatis selamat. Mereka yang tak memenuhi syarat untuk direkapitalisasi juga bakal digasak. Untuk itu, bank harus memenuhi empat syarat utama: modal cukup (CAR lebih besar dari negatif 25 persen), punya prospek, reputasi pemilik dan manajemennya tak cacat, serta pemiliknya sanggup menyetor 20 persen dari total kebutuhan modal. Kalau tak bisa, sama saja, juga bakal disikat.
Daftar bank yang dibredel akan diperpanjang dengan bank-bank yang selama ini ditidurkan alias dibekukan. Sepanjang April hingga Agustus tahun lalu, tercatat ada 10 bank yang beku operasi. Mereka adalah BDNI, Modern, BUN, Hokindo, Centris, Kredit Asia, Surya, Subentra, Pelita, dan Bank Deka. Setelah berbulan-bulan tak boleh menggelar kegiatan perbankan dan dana nasabahnya sudah pula dipindahkan ke bank lain, sepuluh bank ini bisa dipastikan sudah tak punya darah lagi untuk beroperasi. Mereka pun dilibas.
Nah, siapa saja yang bakal kena libas? Tak mudah mencari "bocoran" yang sahih. Bahkan Subarjo sendiri mengakui, proses penelitian bank-bank yang akan dilikuidasi, hingga akhir pekan ini, masih terus berjalan. Bank yang hari ini masuk kategori C, boleh jadi, besok akan melompat ke dalam kelompok B karena pemiliknya menyetor modal. Karena itu, nama-nama bank yang kena tebas dan juga jumlahnya baru jelas ketahuan akhir pekan depan.
Tapi, berdasarkan hasil uji tuntas (due diligence) auditor asing akhir tahun lalu, dari 150 bank yang diperiksa, ada 41 bank yang masuk kategori C. Dari jumlah ini, 14 bank milik pemerintah sudah pasti selamat. Mereka sudah pasti disuntik modal. Mereka adalah enam bank pemerintah (Bapindo, BBD, BDN, BRI, Exim, dan BNI), empat bank swasta yang diambil oper BPPN (Danamon, BCA, Tiara, dan PDFCI), serta empat bank pembangunan daerah.
Sisanya, 27 bank lagi, masih belum menentu nasibnya. Menurut seorang analis perbankan, dari 27 bank ini pasti ada yang akan lolos ke kelompok B karena pemiliknya masih mampu menyetor modal. Tapi, bank mana saja, itu yang tidak jelas.
Hanya, menurut perkembangan bocoran daftar hitam yang ada di tangan para manajer treasury, pada pekan-pekan pertama, sudah ada empat bank yang, berhasil meloloskan diri dari kategori C. Mereka adalah Bank Bira, Bank Servitia, Bank Tata, dan Papan Sejahtera. Pekan lalu, ada tujuh bank lagi yang menghilang dari daftar itu, yakni Dana Asia, Orient, BNN, Uppindo, Tamara, Unibank, dan Aspac. Hingga Rabu, 17 Februari, tinggal tersisa 16 bank lagi yang masih bercokol di kelompok C.
Apakah bank-bank ini pasti tergusur? Belum tentu juga. Tenggat belum lewat. Mereka masih punya kesempatan menyetor modal tambahan hingga 27 Februari. Sebaliknya, bank-bank yang sudah nangkring di kelompok B juga belum tentu selamat. Jika tak bisa memenuhi syarat rekapitalisasi, mereka juga akan ditebas.
Kesimpulannya, walau sekadar meramal, memang tak mudah mendeteksi bank-bank mana saja yang akan kena gusur. Tapi Direktur Riset SocGen Global Equities, Lin Che Wei, memberikan pedoman singkat sejumlah ciri bank yang punya risiko tinggi. Bank berada di ambang bahaya, katanya, jika banyak memberikan kredit kepada korporasi, kepada perusahaan besar. Menurut Lin Che Wei, kredit kepada sejumlah proyek kecil jauh lebih kecil risikonya ketimbang pinjaman kepada satu proyek raksasa.
Selain itu, ia juga memberikan perhatian khusus kepada bank yang independen, bank yang pemiliknya tak punya bisnis lain. Bank seperti ini, jika kondisinya memang jelek, cenderung dikorbankan pemiliknya. Bank yang tergabung dalam grup besar, katanya, cenderung lolos lantaran akan dipertahankan pemiliknya.
Bank Swasta Kategori C
(berdasarkan laporan keuangan per 30 September 1998) |
Nama Bank | CAR | Posisi sampai 17 Februari |
- PSP
- Uppindo
- BNN
- Indotrade
- Bira
- Dewa Rutji
- Unibank
- Aspac
- Lautan Berlian
- Dana Asia
- Papan Sejahtera
- Ficorinvest
- Orient
- Central Dagang
- Tata
- Hastin
- Servitia
- Sahid Gajah Perkasa
- Tamara
- Dagang Industri
- Dana Hutama
- Yama
- Intan
- Aken
- Sewu
- Alfindo
- Patriot
| -606% -233% -210% -208% -123% -112% -104% -101% -71% -68%
-55% -46% -44% -42% -41% -41% -39% -35% -26% - * - * - * - * - * - * - * - * | Belum lolos Hilang dari daftar Mengaku CAR 24,5% Mengaku masuk B Mengaku CAR 24% Belum lolos Mengaku masuk B Hilang dari daftar Belum lolos Hilang dari daftar Hilang dari daftar Belum lolos Hilang dari daftar Belum lolos Hilang dari daftar Belum lolos Mengaku masuk B Belum lolos Mengaku masuk B Belum lolos Belum lolos Belum lolos Belum lolos Belum lolos Belum lolos Belum lolos Mengaku masuk B
|
- * Tak ada data
Sumber: Riset TEMPO, wawancara dengan analis perbankan dan manajer treasury
|
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini