Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan retail PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. atau yang akrab dikenal sebagai Ramayana tengah mengkaji rencana penutupan divisi supermarket di beberapa gerai pada 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Setyadi Surya mengungkapkan perseroan pada tahun lalu telah menekan biaya penjualan dengan melakukan efisiensi melalui penutupan 16 supermarket yang merugi. Strategi penutupan itu ternyata berdampak baik pada kinerja emiten peretail ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masih ada kemungkinan divisi supermarket yang ditutup kembali dan akan ada juga yang dipertahankan. Namun, selama ini, kinerja kami sudah cukup baik," ungkapnya di Jakarta, Rabu, 28 Maret 2018.
Baca juga: Awal 2018, Ramayana Buka Tiga Gerai Baru
Pada 2015 dan 2016, kerugian yang dicatatkan divisi supermarket Ramayana Lestari Sentosa masing-masing sempat mencapai Rp 80 miliar dan Rp 71 miliar. Namun, setelah penutupan divisi supermarket tersebut, kerugian dari divisi tersebut menjadi Rp 25,8 miliar.
Adapun strategi yang akan dilakukan perseroan pada 2018, yakni konsentrasi pada penjualan department store, khususnya barang-barang konsinyasi. Lalu, menambah arus kunjungan toko dengan mengembangkan konsep life style di mall, di mana gerai Ramayana berada, bekerja sama dengan pemilik gedung.
Selain itu, Ramayana juga berencana membuka sekurangnya 3-5 gerai baru pada tahun ini dengan mengalokasikan belanja modal senilai Rp 300 miliar.
Hingga saat ini, Ramayana memiliki 116 gerai di 52 kota di Indonesia, termasuk 6 gerai baru yang dibuka sepanjang 2017, yaitu di Pondok Aren (Tangerang Selatan), Kota Harapan Indah (Bekasi), Cikupa, QBig-BSD, Bekasi Junction dan satu gerai Ramayana Prime di Jatinegara.