Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERDAGANGAN
Transaksi E-Commerce Tumbuh Lima Kali Lipat
PEMERINTAH menargetkan transaksi perdagangan online atau e-commerce di Indonesia tumbuh signifikan tahun depan. Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Fetnayeti memperkirakan omzet perdagangan online melesat 554,4 persen, dari Rp 34,9 triliun menjadi Rp 224,9 triliun. "Karena itu, Kementerian Perdagangan serta Kementerian Komunikasi dan Informatika aktif mendukung pengembangan usaha online," katanya dalam paparan Hari Belanja Online Nasional, Selasa pekan lalu.
Meski transaksinya tumbuh pesat, Fetnayeti mengatakan kontribusi e-commerce dalam bisnis retail masih sangat kecil, yakni 0,06 persen. Karena itu, dia berharap tahun depan kontribusi perdagangan online bisa meningkat hingga 5 persen.
Fetnayeti optimistis target ini akan tercapai, mengingat semakin banyak pelaku usaha yang terjun ke perdagangan online karena banyak faktor menguntungkan, seperti tidak perlu kantor atau gerai besar. "Beda dengan retail biasa, yang harus memenuhi banyak aturan."
PERINDUSTRIAN
Sektor Farmasi Datangkan Modal Rp 215 Triliun
KEPALA Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani memperkirakan investasi di sektor farmasi mencapai Rp 215 triliun pada 2015-2025. Ia berniat mengarahkan modal yang cukup besar tersebut untuk mendukung pengurangan impor, peningkatan ekspor, dan penguasaan teknologi. "Tinggal bagaimana seluruh stakeholder bersinergi untuk mengembangkan bisnis farmasi," kata Franky, Rabu pekan lalu.
Data dari Gabungan Produsen Farmasi menunjukkan potensi pasar farmasi Indonesia pada 2025 mencapai Rp 700 triliun. Itu terdiri atas penjualan domestik Rp 450 triliun dan ekspor Rp 250 triliun. Seiring dengan masuknya investasi baru, industri farmasi nasional akan menyerap 2 juta tenaga kerja. Franky mengaku sudah bertemu dengan investor asing di sektor ini, seperti dari Singapura dan Amerika Serikat.
Saat ke Singapura pada 4 Desember lalu, BKPM mengantongi komitmen investasi US$ 15 juta (sekitar Rp 210,5 miliar) di sektor farmasi. Investor Singapura akan memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam yang digelar BKPM. Franky mengatakan pemodal asing tertarik masuk ke Indonesia karena memiliki pasar terbesar di Asia Tenggara dan sudah mengadopsi standar internasional. l
ENERGI
Pertamina Tekan Konsumsi Premium
TAHUN depan PT Pertamina (Persero) menargetkan konsumsi Premium bisa ditekan hingga 60 persen dari total penggunaan bahan bakar minyak nasional. Strategi migrasi ini bakal direalisasi dengan secara masif memasarkan produk Pertalite. "Pertalite dan Pertamax harus menahan laju konsumsi Premium," ujar Direktur Pemasaran Ahmad Bambang, Senin pekan lalu.
Bambang mengatakan konsumsi Premium bakal dikurangi hingga minimal 28 juta kiloliter. Sampai November lalu, konsumsi Premium mencapai 29 juta kiloliter. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 13 persen dibanding tahun lalu.
KEUANGAN
Pemerintah Butuh Utang Rp 605 Triliun
MENTERI Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pemerintah membutuhkan pembiayaan utang sebesar Rp 605,3 triliun pada 2016. "Ada yang nett pinjaman defisit 2016, penyertaan modal negara, dan refinancing," kata Bambang dalam acara Investor Gathering di Kementerian Keuangan, Senin pekan lalu.
Kebutuhan pembiayaan utang ini karena kondisi global tahun depan diprediksi masih tak pasti. "Memang 2015 tidak bisa dibilang sebagai krisis keuangan. Tapi, yang pasti, ini berat bagi perekonomian global," ucap Bambang.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan mengatakan pencarian pembiayaan utang akan dilakukan melalui penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 532,4 triliun. Ada pula penarikan pinjaman luar negeri non-subsidiary loan agreement Rp 69,2 triliun dan penarikan pinjaman dalam negeri Rp 3,7 triliun. "SBN naik sedikit dari awal yang kami ceritakan Rp 511 triliun, karena yang akan jatuh tempo 2016 sangat mudah bergerak apabila kami terbitkan SBN singkat," ujar Robert.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo