Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penerbangan
Ramai-ramai Borong Pesawat
Pertarungan dua raksasa produsen pesawat Boeing dan Airbus kembali terjadi di pameran dirgantara di Dubai, Uni Emirat Arab, 17-21 November 2013. Hanya dalam 15 menit, order pesawat pada hari pertama pameran mencapai ratusan miliar dolar Amerika Serikat.
Produsen pesawat Amerika, Boeing, dan Konsorsium Eropa Airbus sama-sama kebanjiran pesanan. Emirates Airlines memesan 150 Boeing B-777 senilai US$ 76 miliar. Maskapai Dubai ini juga memesan 50 superjumbo Airbus A-380 senilai US$ 23 miliar. Emirates adalah konsumen terbesar A-380, dengan total permintaan tahun ini 140 unit.
Chairman Group Emirates Syekh Ahmed bin Seed al-Maktoum hanya bergurau ketika ditanya total transaksinya. "Saya tidak punya kalkulator." Maskapai negara-negara kaya minyak ini berambisi menguasai industri penerbangan. Mereka sedang melakukan diversifikasi agar pertumbuhan ekonomi tidak bertumpu pada sektor minyak saja.
James McNerney, Direktur Boeing Co, mengatakan tiga maskapai lain, yakni Etihad Airways, Qatar Airways, dan Lufthansa, juga berniat membeli B-777 109 unit. Reuters melaporkan, Etihad Airways juga memesan 87 Airbus senilai US$ 19 miliar. Emirates dan Etihad—maskapai di Uni Emirat Arab—bersaing ketat.
Industri
Sido Muncul Tambah Kapasitas Pabrik
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul akan melipatgandakan kapasitas produksi pabrik Tolak Angin di Semarang. Presiden Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan lahan 10 hektare telah disiapkan. "Kapasitas produksi akan naik dua kali lipat dari saat ini 70 juta sachet per tahun," kata Irwan, Senin pekan lalu.
Perseroan akan memanfaatkan dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO). Sido Muncul mengumumkan bulan ini akan melepas 1,5 miliar lembar saham dengan harga Rp 540-660 per lembar. Targetnya dana yang terkumpul Rp 810-990 miliar. Sebanyak 56 persen dari dana itu akan dipakai untuk modal kerja.
Komoditas
Harita Bangun Smelter di Maluku
ANAK usaha Harita Group, PT Megah Surya Pertiwi, akan membangun smelter nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Proyek ini diperkirakan menelan biaya US$ 320 juta (sekitar Rp 3,7 triliun).
Smelter tersebut akan menggunakan tungku elektrik, yang bisa menghasilkan 100 ribu ton feronikel per tahun. "Desember 2013, dijadwalkan peletakan batu pertama pembangunan proyek," kata General Manager Project Smelter Harita, An Sudarno, Ahad pekan lalu.
PT Trimegah Bangun Persada dan PT Gane Permai Santosa akan menjamin suplai bahan baku. Keduanya pemegang izin usaha pertambangan operasi produksi nikel yang berafiliasi dengan Harita Group dan sudah berproduksi di Pulau Obi.
Harita Group melalui perusahaan patungan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery juga mengembangkan smelter bauksit di Kendawangan, Ketapang, Kalimantan Barat, pada Juli lalu. Smelter senilai US$ 1 miliar itu ditargetkan mulai berproduksi pada 2015.
Perkebunan
Pengusaha Karet Turunkan Produksi
Pengusaha perkebunan karet berencana menurunkan produksi tahun depan untuk mendongkrak harga. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Daud Husni Bastari, penurunan produksi minimal 10 persen. "Kami sesuaikan dengan kondisi pasar global," katanya Rabu pekan lalu.
Lesunya perekonomian di negara maju menurunkan permintaan karet Indonesia. Faktor pemicu lain adalah merosotnya harga karet. Pada awal 2013, harga karet alam dunia mencapai US$ 2,58 per kilogram, tapi melorot ke level US$ 2,38 pada September. Pada pekan kedua November, kembali turun hingga US$ 2,29. Harga jual karet hanya berselisih tipis dengan biaya hidup petani.
Sejak 2009, produksi karet Indonesia melonjak dari 2,44 juta menjadi 2,99 juta ton pada 2011. Tahun lalu produksinya mencapai 3,04 juta ton dan diprediksi naik hingga 3,18 juta ton tahun ini. Jika pengusaha menurunkan produksi 10 persen, produksi karet Indonesia berkisar di angka 2,9 juta ton pada 2014.
Pengadaan ATM
Suap Diebold Seret Pejabat Senior
Dugaan suap pengadaan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) produksi Diebold Inc diduga melibatkan pegawai senior bank-bank pelat merah nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah meminta aparat hukum memeriksa mereka. "Kami akan membantu proses hukumnya," katanya Selasa pekan lalu.
Komisi Sekuritas dan Pasar Modal (SEC) Amerika Serikat mengumumkan Diebold Indonesia menyuap pejabat bank hingga US$ 147 ribu berupa paket perjalanan wisata dan hiburan. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan pernah menyebutkan PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Tbk terkait dengan kasus suap ini.
Direktur Utama BTN Maryono enggan berkomentar. "Setelah menerima hasil audit khusus, akan saya sampaikan ke publik," katanya. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Nixon L.P. Napitupulu berjanji menghukum pejabat yang disuap. Senior Director Corporate Communications Diebold, Mike Jacobsen, menolak mengungkap nama pejabat bank.
Cukai Rokok
Penyederhanaan Tarif Mendesak
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, meminta pemerintah menyederhanakan tarif cukai rokok atau hasil tembakau. "Ini bisa jadi penolong pemerintah agar bisa mendorong penerimaan cukai tahun depan," katanya Selasa pekan lalu.
Penyederhanaan tarif cukai diprediksi mampu meningkatkan penerimaan cukai menjadi Rp 112-115 triliun per tahun. Sedangkan skenario kombinasi antara penyederhanaan tarif cukai dan kenaikan tarif cukai rokok akan memacu penerimaan cukai melonjak hingga menjadi Rp 130 triliun.
Peneliti perpajakan Yustinus Prastowo mengatakan salah satu penyebab rendahnya penerimaan cukai rokok adalah lemahnya pengawasan produksi. "Banyak produsen tak membayar cukai sesuai dengan ketentuan atau bahkan memalsukan," katanya.
Target penerimaan cukai pada APBN 2014 dipatok naik kendati tarif cukai tidak naik. Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan penerimaan cukai ditargetkan Rp 116,3 triliun. Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Susiwijono Moegiarso mengaku sulit mencapai target itu. "Tidak mungkin hanya mengandalkan kenaikan volume produksi," katanya.
Ekonomi Amerika
The Fed Pertahankan Bunga Acuan
Bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) memberikan isyarat mempertahankan bunga acuan. Prasyaratnya adalah berakhirnya pengurangan stimulus moneter pembelian obligasi bulanan sebesar US$ 85 miliar dan tingkat pengangguran turun di bawah 6,5 persen.
Gubernur The Fed Ben Bernanke mengatakan akan menjaga tingkat suku bunga dalam jangka pendek hingga akhir 2013 pada angka mendekati nol persen. "Untuk mendukung perekonomian," katanya Selasa pekan lalu. Bernanke mengakui perekonomian Amerika masih jauh dari yang diharapkan.
Ekonom BNP Paribas SA di New York, Laura Rosner, mengatakan pengurangan stimulus menunjukkan pemerintah percaya diri perekonomian kembali pulih. Namun dia tetap mengingatkan kondisi pasar tenaga kerja sulit dijadikan ukuran untuk menentukan kebijakan pemberian stimulus.
Listrik
Ekspor-Impor Setrum
INDONESIA akan mengimpor listrik dari pembangkit tenaga air di Sarawak, Malaysia. Setrum ditawarkan Rp 900 per kilowatt-jam (kWh), lebih murah ketimbang listrik dari pembangkit berbahan bakar solar yang sekarang digunakan di Kalimantan Barat seharga Rp 3.500 per kWh.
"Impor hanya sebagai pelengkap," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jarman di sela International Conference Power Plant Jakarta Summit, Selasa pekan lalu. Rencananya, impor tahap pertama sebesar 50 megawatt (MW).
Impor daya bisa dinaikkan hingga 200 MW pada tahap berikutnya. Bila lancar, setrum dari Malaysia ini akan mengalir pada 2014 atau 2015. PLN telah menandatangani perjanjian jual-beli. Saat ini pembangunan transmisi listrik sedang berlangsung.
Sebaliknya, Indonesia juga akan mengekspor listrik ke Malaysia sebesar 1.000 MW melalui jaringan Sumatera. Menurut Jarman, studi mengenai rencana tersebut sudah berjalan. Ekspor diharapkan terwujud mulai 2018 atau 2019. "Saat sistem di Sumatera sudah terkoneksi."
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan pembangunan jaringan Pontianak-Sarawak ditargetkan rampung pada 2014. Sistem kelistrikan di Kalimantan Barat saat ini baru tersedia 200 MW. Jika sistem kelistrikan telah terhubung dengan Sarawak, total sistem memiliki daya 1.500 MW, cukup untuk membangun smelter berkapasitas 70-140 megawatt.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo