Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TELEKOMUNIKASI
Telkom dan Indosat Akan Keluar Bursa
DUA perusahaan telekomunikasi nasional, Indosat dan Telkom, akan mundur dari bursa saham Amerika Serikat. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil mengatakan PT Indosat Tbk. sedang mengkaji rencana delisting itu. Alasannya, peraturan bursa di sana merepotkan dan beban biaya tahunan besar. "Kalau mau dapat efek internasional, mending di London saja," kata Sofyan, Jumat pekan lalu.
Kementerian BUMN juga meminta PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. mengkaji hal yang sama. Sumber Tempo menga takan peraturan bursa sempat mengganjal aksi korporasi perseroan. Misalnya, saat perusahaan telekomunikasi milik nega ra itu akan mengakuisisi per usahaan telekomunikasi milik pemerintah Iran tahun ini.
Telkom menilai pasar Iran sangat potensial. Jumlah penduduknya sekitar 75 juta jiwa, dengan pendapatan per kapi ta sekitar US$ 10 ribu. Perusa haan yang diincar pun menguasai 70 persen pangsa pasar telepon seluler dari jumlah pengguna 30-35 juta orang di negara itu. Namun rencana itu mental lantaran Iran termasuk negara seteru utama Amerika.
PERDAGANGAN
Bea Keluar CPO Nol Persen
PEMERINTAH menetapkan bea keluar minyak sawit mentah alias CPO sebesar nol persen untuk periode Agustus 2009. Keputusan ini merupakan hasil rapat koordinasi pemerintah dengan instansi dan asosiasi terkait. Rapat berlangsung di kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu pekan lalu.
Tarif bea keluar itu meng acu pada harga referensi, didasarkan atas harga rata-rata komoditas ini di Bursa Rotterdam, Belanda, bulan Juli, yakni US$ 647,84 per metrik ton. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan harga referensi sudah turun di bawah US$ 750. Maka, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuang an, "Bea keluar bisa nol persen," ujarnya.
Pada Juli, bea ekspor CPO ditetapkan tiga persen, sama seperti bulan sebelumnya, kendati harga CPO di pasar internasional menunjukkan tren penurunan. Alasannya, pemerintah berpatokan pada harga di Rotterdam yang masih di atas US$ 750.
KEUANGAN
Penerimaan Pajak Meleset
PEMERINTAH memper kirakan penerimaan pajak tahun ini di bawah target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009 sebesar Rp 587,827 triliun. Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution mengatakan selama semester pertama ini pertumbuhan pendapat an nega ra dari pajak minus 2,83 persen.
Pemasukan pajak dari sektor nonmigas, misalnya, turun 0,18 persen. Industri lesu karena krisis keuangan glo bal. Akibatnya, keuntungan korporasi susut. Direktorat Pajak, kata Darmin, menyi apkan langkah untuk memperbaiki penerimaan. Antara lain, membangun sistem informasi terbaru dengan benchmarking dan profiling.
Darmin optimistis pertumbuhan penerimaan akan berbalik menjadi positif pada semester kedua, seiring dengan membaiknya perekonomian. "Tapi belum drastis," kata nya, Selasa pekan lalu. Ia memperkirakan sampai akhir tahun akan tumbuh positif 5 persen. Dari sektor nonmigas, misalnya, diharapkan berbalik dari minus menjadi 10 persen.
PANGAN
Bulog Naikkan Cadangan Beras
PEMERINTAH akan men cadangkan 1,5 juta ton beras untuk mengantisipasi efek buruk meningkatnya hawa panas di laut tropis Pasifik timur atawa El Nino. "Kami akan menggenjot pengadaan beras dari 3,8 juta menjadi 4 juta ton," kata Direktur Utama Bulog Mustafa Abubakar di Jakarta, Jumat pekan lalu. Dengan begitu, menurut dia, ketika panen raya tertunda pada 2010, persediaan beras dalam negeri cukup.
Mustafa mengatakan be ras untuk cadangan itu akan dibeli dari petani lokal. Soalnya, hingga saat ini masih banyak sawah, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, yang belum dipanen.
Setelah dikurangi dengan penggunaan sepanjang 2009, Bulog menargetkan pada akhir tahun nanti masih tersisa sekitar 1,5 juta ton beras. Inilah yang akan digunakan untuk mengamankan pasokan beras pada 2010.
"Biasanya stok beras digudang Bulog cukup untuk tiga bulan," kata Mustafa. Kini, untuk mengantisipasi El Nino, menurut dia, be ras di gudang Bulog harus cu kup buat cadangan konsumsi nasional paling tidak lima bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo