Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

19 Mei 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertamina
Gubernur Baru Bank Indonesia

Kursi kosong Gubernur Bank Indonesia yang ditinggalkan Burhanuddin Abdullah akan terisi pekan ini. Kamis ini di hadapan Mahkamah Agung, Boediono, Menteri Koordinator Perekonomian, akan diambil sumpahnya sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2008-2013.

Doktor ekonomi lulusan Wharton School, Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, ini lolos dari fit and proper test Dewan Perwakilan Rakyat pada 7 April lalu. Boediono diajukan pemerintah setelah dua calon sebelumnya, Raden Pardede, Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset, dan Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri, ditolak Dewan.

Komisi Keuangan juga memilih Hartadi A. Sarwono kembali menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia 2008-2013, Selasa pekan lalu. Doktor ekonomi moneter lulusan University of Oregon, Eugene-Oregon, Amerika, ini terpilih secara aklamasi, mengalahkan calon lainnya, Perry Wariyo. Hartadi akan dilantik pada pertengahan Juni.

Pertambangan
Cina dan India Buru Batu Bara

Belasan perusahaan India dan Cina berburu batu bara di lahan pertambangan Indonesia. Mereka antara lain National Thermal Power Corp., Power Trading Company, Larsen & Turbo, Reliance, Agrawal Coal, dan Watien. “Ada 15 perusahaan yang menyatakan minatnya,” kata Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Jeffrey Mulyono pekan lalu.

R.S. Sharma, Chairman National Thermal Power Corp., mengatakan perusahaannya ingin membeli mayoritas saham di lahan pertambangan batu bara yang mempunyai cadangan 300 juta ton. “Prioritas kami mencari sumber batu bara di seluruh dunia dan kami sudah mengindentifikasi satu atau dua wilayah di Indonesia,” ujarnya.

Adapun Power Trading Corp. akan mendirikan perusahaan di Singapura untuk membeli saham di kuasa pertambangan Indonesia. “Kami telah membidik beberapa aset dan kami tengah berdiskusi dengan pihak yang memegang konsesi pertambangan batu bara,” kata Chairman and Managing Director Power Trading T.N. Thakur.

Namun, Sukhyar, Staf Ahli Menteri Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan kuasa pertambangan di Indonesia tidak boleh dijual ke perusahaan asing. Mereka hanya boleh membeli produksi batu bara dari kuasa pertambangan atau perusahaan lokal.

Kolaborasi Aneka Tambang-Jindal

Boleh jadi inilah era ekspansi ekonomi India. Makin hari kian banyak saja perusahaan negeri itu yang mencurahkan duitnya ke Indonesia. Yang terbaru, Jindal Stainless Steel Limited membentuk perusahaan patungan bersama PT Aneka Tambang Tbk., Senin pekan lalu.

Perusahaan bernama PT Antam Jindal Stainless Indonesia itu dibentuk untuk mengerjakan proyek fasilitas peleburan nikel dan stainless steel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Aneka Tambang akan menguasai 55 persen, Jindal sisanya. “Proyek ini membutuhkan US$ 700 juta,” kata Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk. Dedi Aditya Sumanagara.

Pada tahap awal, pabrik ini akan berkapasitas 20 ribu ton per tahun nikel dalam feronikel dan 25 ribu ton untuk stainless steel, yang sebagian besar berupa baja berkualitas tinggi seri 300. Produk akhirnya dapat berupa stainless steel slabs atau stainless steel long product. Pabrik ini ditargetkan bisa beroperasi pada pertengahan 2011.

Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan 2,15 Persen

Banyak kalangan pesimistis melihat perekonomian tahun ini. Tapi angka terbaru dari Badan Pusat Statistik sepertinya memberikan setitik harapan. Menurut Pusat Statistik, selama tiga bulan pertama 2008, perekonomian Indonesia tumbuh 2,15 persen. Jika dibanding setahun lalu (year on year), pertumbuhan ekonomi juga lumayan tinggi, yakni 6,28 persen.

Sektor pertanian tetap menjadi lokomotif dengan pertumbuhan 18,1 persen, disusul keuangan, real estate, dan jasa perusahaan 1,8 persen, serta sektor listrik, gas, dan air bersih 1,2 persen. Menurut Slamet Sutomo, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, kontribusi sektor pertanian ini bersumber dari puncak musim panen padi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap di atas rata-rata dunia, terutama jika dibanding ekonomi Amerika Serikat yang hanya tumbuh 0,6 persen pada triwulan pertama 2008. “Pertumbuhan ekonomi kita tidak mengecewakan,” katanya Kamis pekan lalu.

Indikator ekonomi lain juga masih menunjukkan sinyal positif. Jumlah penganggur turun menjadi 9,43 juta orang pada Februari 2008. Pada Agustus tahun lalu, jumlah penganggur masih 10,01 juta orang.

Dugaan monopoli
Temasek Kasasi

Perjalanan kasus dugaan monopoli oleh Temasek Holdings sepertinya masih panjang. Temasek berniat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan banding Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Goh Yong Siang, Managing Director Temasek Holdings, mengatakan mereka sangat kecewa. “Faktanya, Temasek tidak punya saham (langsung) di Indosat dan Telkomsel. Kami juga tidak punya peran dalam keputusan bisnis dan operasional,” katanya pekan lalu.

Jumat dua pekan lalu, pengadilan banding memutuskan Temasek Holdings dan anak-anak usahanya terbukti bersalah melakukan kepemilikan silang serta monopoli lewat PT Telkomsel dan Indosat. Pengadilan menguatkan putusan sebelumnya yang ditetapkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Pengadilan juga memerintahkan Temasek mengurangi kepemilikannya di dua perusahaan itu minimal menjadi setengahnya paling telat 12 bulan sejak putusan tersebut.

Lee Theng Kiat, Presiden Singapore Technologies Telemedia, salah satu anak usaha Temasek, menilai kesimpulan pengadilan bertentangan dengan keputusan privatisasi pemerintah Indonesia pada 2002. Ketika itu pemerintah Indonesia malah mengundang investor menanam saham di Indosat.

BUMN
Segera, Holding Perusahaan Negara

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara mendorong percepatan pembentukan induk perusahaan negara pada tahun ini. Pembentukan holding itu diprioritaskan pada empat sektor usaha, yakni perkebunan, jasa konstruksi, pertambangan, dan farmasi. “Empat sektor itu yang paling memungkinkan,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil.

Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Bidang Jasa Lainnya Muchayat mengatakan hasil kajian pembentukan induk untuk badan usaha konstruksi dan farmasi sudah sampai di meja Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi. Jumlah perusahaan di sektor jasa konstruksi itu sudah dipangkas menjadi lima. Adapun pembentukan induk perusahaan farmasi tersebut didahului dengan menggabungkan Kimia Farma dengan Indofarma.

Pemerintah punya program ambisius untuk menciutkan jumlah perusahaan negara dari 140 menjadi 25-26 badan usaha berbentuk holding. Targetnya, seluruh proses perampingan itu tuntas pada 2015.

Obligasi
Asing Borong Obligasi Negara

Ambruknya Surat Utang Negara akhir April lalu terobati sudah. Investor, terutama asing, kembali menyerbu obligasi negara itu pada lelang Selasa pekan lalu. Awalnya, target pemerintah hanya Rp 3 triliun dari total penjualan Rp 6,5 triliun, yakni seri VR0032 Rp 2 triliun dan FR0049 Rp 4,5 triliun. Ternyata, penawaran yang masuk mencapai Rp 8,7 triliun. “Enam puluh empat persen pemenang adalah bank asing,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto.

Menurut Rahmat, besarnya minat pemodal mengindikasikan ekonomi nasional masih terjaga seiring dengan membaiknya sentimen di pasar domestik dan prospek perekonomian. Pemicunya adalah rencana pembatasan subsidi dan kenaikan harga bahan bakar minyak hingga 30 persen. Perolehan obligasi digunakan untuk membiayai anggaran pendapatan dan belanja negara.

Pendorong lainnya adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 8,25 persen. Ini memperlebar jarak dengan bunga The Federal Reserve yang hanya dua persen. Analis PT Trimegah Sekuritas Dian Abdul Hakim menilai kenaikan tersebut menggairahkan investor bermain di pasar obligasi.

Otomotif
Mobil Terus Melejit

Kenaikan harga dan tingginya harga minyak tak membuat penjualan mobil lesu. April lalu, industri otomotif mencatat penjualan 51.639 unit, naik dari 46.720 kendaraan pada bulan sebelumnya. Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Freddy Sutrisno mengatakan salah satu penyebabnya adalah rencana kenaikan harga bahan bakar minyak. “Masyarakat mempercepat pembelian,” kata Freddy, Selasa pekan lalu.

Dari seluruh penjualan, Toyota masih memimpin dengan perolehan 17.913 unit atau menguasai 34,6 persen pangsa pasar. Menyusul di posisi bawahnya adalah Mitsubishi dan Daihatsu, masing-masing meraup 15,6 persen dan 13,5 persen. “Untuk Toyota, penjualan ini lebih tinggi dibanding prestasi sepanjang 2005,” kata Presiden Direktur PT Toyota-Astra Motor Johnny Darmawan.

Semen Juga Naik

Di tengah tekanan inflasi yang menyentuh sembilan persen, konsumsi semen ternyata naik. Pada April, 3,1 juta ton semen terserap pasar, lebih tinggi dibanding bulan yang sama tahun lalu yang hanya 2,4 juta ton. Bila dihitung dari Januari hingga April, angkanya juga melonjak hampir dua juta ton menjadi 11,8 juta ton. “Ini melebihi perkiraan mengingat harga minyak yang terus melambung,” kata Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia Urip Timuryono, Selasa pekan lalu.

Menurut Urip, konsumsi semen didominasi sektor swasta. “Proyek pemerintah banyak yang belum terealisasi,” katanya. Secara geografis, pertumbuhan yang paling tinggi adalah daerah luar Jawa yang mencapai 30 persen, sedangkan Jawa hanya separuhnya. “Harga semen juga akan naik karena kenaikan biaya bahan baku dan transportasi,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus