BERBEDA dengan banyak lainnya yang sudah terlebih dulu membuka
perwakilan di Jakarta, sekali ini induknya betul. "Kami melayani
yang besar-besar saja," kata Willem A. van den Wall Bake kepada
TEMPO.
Bake, orang Belanda yang membujang, mewakili Morgan Guaranty
Trust Company yang meresmikan kantornya minggu lalu di Lantai
18, Wisma Kosgoro. Di ruangan yang 150 MÿFD dengan permadani
dari dinding ke dinding, cuma ada Bake dan sekretaris wanita
plus satu pesuruh. "Sesekali nanti satu rekan dari Morgan
Singapura datang ke sini," jawab Bake ketika ditanya kenapa
sepi sa~ja.
Walaupun sepi, Bake menimbulkan kesan bahwa kerjanya banyak.
Menghadapi tamunya, dia suka mengerling mata ke arloji
tangannya. Mungkin kebetulan karena tamunya adalah wartawan,
bukan pejabat Bank Indonesia (BI).
Di Indonesia, nasabahnya yang terbesar adalah BI. Semua bank
pemerintah RI mengadakan bisnis korespondensi dengan Morgan ini.
Secara tidak langsung semua perusahaan multi-nasional yang
beroperasi di Indonesia adalah nasabahnya pula. Duapuluh saja
cabangnya di seluruh dunia, berbeda dengan banyak bank komersiil
yang besar lainnya seperti Citibank. Jumlah perwakilannya pun
sedikit. "Walaupun kecil jumlahnya, cukuplah untuk memberi
pelayanan yang baik," kata Bake lagi.
Pelayanan Morgan yang paling istimewa kepada Indonesia ialah
ketika PN Pertamina dilanda krisis hutang tiga tahun yang lalu.
BI yang ditugaskan mengatasi krisis itu kebetulan menghadapi
perbankan dunia yang mulai tidak percaya terhadap Pertamina.
Menjawab permintaan darurat dari Jakarta, Morgan menghubungi
sekitar 15 bank besar dan berhasil mengumpulkan kredit US$850
juta untuk BI. Jadi, Morgan bertindak sebagai konsorsium.
Kepercayaan Morgan itu membuat BI untuk memperoleh kreditnya
dari konsorsium lainnya di Tokyo pada tahun 1975.
Karena dalam keadaan terjepit, tentu saja, BI terpaksa menerima
persyaratan berat, a.l. masa pelunasan 5 tahun termasuk
masa-tenggang 2 tahun dengan bunga 17/8b di atas Libor (yang
berlaku untuk bank-bank di London). Tapi suku bunga tinggi itu
bukanlah karena Morgan "mencari kesempatan dalam kesempitan "
seperti kata Bake: "Terpaksa begitu supaya bisa terkumpul dana
sebanyak yang diperlukan waktu itu."
Keadaan darurat itu rupanya sudah berlalu. Perjanjian 1975
dengan Moran telah ditukar dengan perjanjian 1978 (New York,
Januari 24). Dengan perjanjian baru --US$500 juta,
persyaratannya lebih ringan, yaitu 13/8 di atas Libor dengan
masa pelunasan 7 tahun termasuk masa tenggang 3 tahun. Kredit
baru diciptakan untuk melunasi hutang lama, demikian prosesnya
guna memperoleh keringanan itu, tapi Indonesia masih terhutang
US$670 juta. Dan BI sudah berjanji membayar tunai US$ 170 juta
yang diambil dari fiskal 1978/79.
"Morgan percaya akan kemampuan BI membayar kembali," kata Bake.
Dan melihat kemungkinan bisnisnya meningkat dengan Indonesia,
Morgan membuka perwakilannya di Jakarta. Welkom.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini