Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Bursa Efek Indonesia menargetkan rencana penyediaan papan akselerasi terwujud tahun depan. Kehadiran papan bursa untuk perusahaan rintisan ini diharapkan mempercepat upaya memperbanyak jumlah perusahaan tercatat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan papan akselerasi ini akan menampung perusahaan yang sedang tumbuh dan tak masuk kriteria papan pengembangan. "Detail aturan masih kami kaji, tapi akan ada persyaratan yang lebih ringan dibanding perusahaan di papan pengembangan," kata Nyoman kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, bursa efek memiliki papan utama dan papan pengembangan. Papan utama diisi emiten dengan aktiva berwujud bersih paling sedikit Rp 100 miliar dan pengalaman operasional sekurangnya 36 bulan. Sedangkan papan pengembangan mencatat saham perusahaan yang memiliki aktiva berwujud bersih sedikitnya Rp 5 miliar dan pengalaman operasional setidaknya 12 bulan.
Nyoman menyebutkan setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi calon emiten di papan akselerasi. Calon emiten, menurut dia, harus mempunyai model bisnis yang jelas dan menyiapkan strategi untuk menumbuhkan perusahaan. "Orang kalau mau investasi kan akan melihat apakah ada pertumbuhannya," ujarnya.
Otoritas bursa tengah berupaya menarik minat perusahaan menggelar penawaran saham publik perdana atau initial public offering (IPO). Ketidakpastian perekonomian global tahun ini dan agenda politik 2019 dikhawatirkan membuat perusahaan mengurungkan niatnya menjadi anggota bursa. BEI sempat menurunkan proyeksi pencatatan perusahaan terbuka baru tahun ini dari semula 35 perseroan menjadi hanya di kisaran 25-30 badan usaha.
Nyoman optimistis target awal 35 emiten baru bakal terlampaui. Sepanjang tahun ini, bursa saham telah kedatangan 34 anggota baru, terakhir kemarin lewat IPO PT Madusari Murni Indah Tbk, yang tercatat di papan pengembangan. Sedangkan calon emiten yang telah masuk pipeline berjumlah 18 perusahaan, di antaranya PT Garuda Food Putra Putri, PT Net Visi Media, PT Super Energy, dan PT HK Metals Utama.
Kendati tak bisa memastikan kapan perusahaan-perusahaan tersebut merealisasi IPO, Nyoman memastikan BEI akan terus mengawal agar calon emiten tetap bisa mencatatkan saham perdananya tahun ini. "Kami harap calon emiten sudah memahami kalau situasi ekonomi dan politik berjalan berbeda," kata Nyoman.
Direktur Utama PT Madusari Murni Indah Tbk, Arief Geonadibrata, menyatakan IPO tetap digelar perusahaannya karena ingin menjadi korporasi yang lebih profesional. Arief ingin mengubah citra Madusari sebagai perusahaan keluarga menjadi perseroan dengan tata kelola yang baik. "Sekarang semua diatur sesuai dengan prosedur," tuturnya.
Berbeda dengan Madusari, PT PP (Persero) Tbk memutuskan menunda proses penawaran saham perdana dua anak usahanya, yaitu PT PP Energi dan PT PP Urban. Direktur Keuangan PTPP, Agus Purbianto, menilai kondisi pasar saat ini belum memungkinkan bagi perusahaan untuk IPO. Ia berharap langkah penundaan bisa memberikan hasil maksimal saat IPO pada semester II 2019. ADITYA BUDIMAN
Nasib Emiten Baru
Sepanjang tahun ini, Bursa Efek Indonesia kedatangan 34 perusahaan anggota baru. Data menunjukkan hanya 10 emiten yang harga sahamnya kemarin lebih rendah dibanding ketika pertama kali ditawarkan. Berikut ini datanya.
Emiten | Harga Penawaran* | Harga Kemarin* | PT LCK Global Kedaton Tbk | 208 | 310 | PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk | 400 | 2.830 | PT Jaya Trishindo Tbk | 110 | 102 | PT Sky Energy Indonesia Tbk | 400 | 910 | PT Indah Prakasa Sentosa Tbk | 276 | 2.070 | PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk | 1.170 | 1.000 | PT Tridomain Performance Materials Tbk | 228 | 340 | PT Dafam Property Indonesia Tbk | 115 | 1.105 | PT Charnic Capital Tbk | 200 | 139 | PT BTPN Syariah Tbk | 975 | 1.630 | PT Bank BRI Syariah Tbk | 510 | 645 | PT Surya Pertiwi Tbk | 1.160 | 1.000 | PT Royal Prima Tbk | 500 | 1.190 | PT Medikaloka Hermina Tbk | 3.700 | 3.400 | PT Guna Timur Raya Tbk | 230 | 167 | PT Sarimelati Kencana Tbk | 1.100 | 1.135 | PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk | 3.850 | 2.840 | PT MNC Studios International Tbk | 500 | 426 | PT Sriwahana Adityakarta Tbk | 160 | 145 | PT Steadfast Marine Tbk | 115 | 450 | PT Trimuda Nuansa Citra Tbk | 150 | 156 | PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk | 2.100 | 4.760 | PT Transcoal Pacific Tbk | 138 | 3.440 | PT Batavia Prosperindo Trans Tbk | 100 | 108 | PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk | 1.640 | 1.505 | PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk | 163 | 595 | PT Pollux Properti Indonesia Tbk | 615 | 1.905 | PT Mahkota Group Tbk | 225 | 384 | PT Sinergi Megah Internusa Tbk | 150 | 202 | PT NFC Indonesia Tbk | 1.850 | 2.880 | PT MD Pictures Tbk | 210 | 1.545 | PT Andira Agro Tbk | 200 | 835 | PT Trimitra Propertindo Tbk | 390 | 1.150 | PT Madusari Murni Indah Tbk | 580 | 870 |
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo