Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah akan memberi stimulus untuk mendorong daya beli dan konsumsi.
Melemahnya konsumsi menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I lesu.
Ekonom menilai target pertumbuhan ekonomi pemerintah terlalu optimistis.
JAKARTA – Pemerintah berupaya mendongkrak konsumsi masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan melemahnya konsumsi menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I lesu. “Pemerintah akan memberikan stimulus untuk mendorong daya beli dan konsumsi,” ujar dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 masih berada di zona resesi, yaitu -0,74 persen. Semua komponen pertumbuhan masih turun. Penurunan terdalam terjadi pada konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) yang mencapai -4,53 persen serta konsumsi rumah tangga -2,23 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Airlangga mengatakan pemulihan akan berjalan mulai kuartal II. Dia optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,5-5,3 persen pada akhir tahun ini. “Konsumsi akan meningkat pada Ramadan dan Idul Fitri.”
Peningkatan konsumsi masyarakat tecermin dari tingkat inflasi, indeks keyakinan konsumen (IKK), dan indeks penjualan riil (IPR) yang terus meningkat. Pemulihan konsumsi pun mendorong kinerja industri, yang tecermin dari purchasing manager index (PMI) manufaktur, yang meningkat ke level tertinggi, yaitu 54,6, pada April lalu.
Peningkatan aktivitas produksi juga mendorong importasi bahan baku dan barang modal. Dari sisi eksternal, pemulihan permintaan global mendorong ekspor. “Konsumsi juga akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat,” ucap Airlangga.
Pemaparan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto ihwal data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2021 secara daring, 5 Mei 2021. bps.go.id
Airlangga mengatakan, pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi bisa menyentuh 6,9-7 persen. Untuk memulihkan konsumsi, kata dia, pemerintah menyiapkan sejumlah strategi. Strategi itu adalah melanjutkan pelbagai stimulus dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN), mempercepat vaksinasi, dan memberikan insentif kepada sektor strategis, seperti pengurangan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menuturkan ada satu program khusus untuk mendorong konsumsi masyarakat, yaitu Hari Bangga Buatan Indonesia (BBI). Program tersebut berlangsung pada 5-13 Mei. “Kami bekerja sama dengan platform e-commerce memberikan ongkos kirim gratis sampai dengan Rp 20 ribu ditambah diskon lain untuk memacu konsumsi,” katanya. Pemerintah membidik nilai transaksi Rp 11,5 triliun dalam perhelatan hari belanja ini.
Target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah itu dinilai oleh sejumlah ekonom terlampau ambisius. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan, meski sudah terdapat sejumlah indikator perbaikan pada kuartal I, struktur fundamental ekonomi masih belum sekuat kondisi sebelum pandemi Covid-19. “Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen di kuartal II masih berat. Sepertinya masih akan tumbuh di kisaran 1-2 persen,” ucapnya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih akan sangat bergantung pada pengendalian pandemi Covid-19. “Jika tidak ada pengetatan mobilitas, pertumbuhan ekonomi akan positif namun masih di kisaran 3-4 persen,” kata dia.
Piter mengatakan pemerintah harus tetap menjaga keseimbangan aktivitas perekonomian dan pengendalian wabah agar tidak kontraproduktif terhadap target pertumbuhan ekonomi. “Asumsi 7 persen tampaknya terlalu optimistis. Pemerintah tetap harus membatasi karena ancaman pandemi masih sangat besar.”
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo