Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pencurian Di Laut Jawa

Kasus pencurian minyak kapal tangki yang diangkut dari Singapura ke Jakarta melibatkan sejumlah orang Pertamina, nakoda dan sebuah perusahaan perkapalan. kini ditangani opstibpus.

29 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI bukan kisah petualangan dalam serial komik Tin-Tin yang terkenal itu. Tapi suatu kisah nyata pencurian Bahan Bakar Minyak (BBM), sejumlah 38.525 ton, bernilai Rp 7,5 milyar. Puluhan orang dikabarkan telah terlibat, sebagian di Singapura dan sebagian lagi di Jakarta. Dan sekitar 28 'orang dalam' Pertamina, umumnya dari Direktorat Perbekalan Dalam Negeri (PDN), telah dikenakan tindakan skorsing, dan berada dalam pengawasan Opstib Pusat. Bisa dimengerti kalau Mayjen Piet Haryono, Dir-Ut pertamina yang suka memakai sepatu bot itu, menjadi gemas. "Ini sungguh di luar batas," katanya. Menurut Piet Haryono, praktek pencurian BBM di Laut Jawa itu terjadi antara bulan November tahun 1979 sampai Agustus 1980. Tak kurang dari 8 kapal tangki carteran telah digunakan dalam pencurian BBM itu. Para nahkoda kapal-kapal tangki itu, yang diduga terlibat, sampai sekarang memang masih didiamkan beroperasi. Tapi, menurut Piet, mereka hanya diizinkan bergerak di dalam negeri. Sampai sekarang belum ada nama-nama yang diungkapkan. Tapi yang pasti. selain sejumlah orang Pertamina dan para nakoda tadi, sebuah perusahaan perkapalan di Singapura milik orang-orang Indonesia merupakan salah satu otak pencurian itu. Bahkan menurut sebuah sumber, jumlah yang terlibat itu--yang antara lain terdiri dari orang-orang asing --mencapai 150 orang. Benar tidaknya, semua itu kelak akan terungkap di pengadilan. Tapi mengapa baru terbongkar setelah berjalan 10 bulan? Judo Sumbono, Direktur PDN Pertamina mengaku "penelitian sebenarnya sudah dilakukan sejak lama." Itu, menurut Judo, bermula dari adanya surat-surat protes yang disampaikan beberapa pejabat Pertamina, mengenai ulah sejumlah nakoda dari kapal-kapal tangki tertentu. Ternyata jumlah BBM yang mereka angkut tak sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen. Setiap kali terjadi penguapan sekitar 4%:suatu tingkat yang kemudian menimbulkan kecurigaan. Lazimnya, dari setiap 1.000 ton BBM yang diangkut dari Singapura ke Jakarta, yang menguap di tengah perjalanan hanya sekitar 0,4%. Marcu Suar Sampai sekarang sebagian kebutuhan BBM untuk Indonesia masih disuling di Singapura. Sepertiganya datang dari Esso Singapore Pte.Ltd., sebuah unit dari perusahaan minyak raksasa Exxon Corp. di AS. Setiap hari Esso Singapura itu mengilang 32.000 barrel minyak mentah untuk Pertamina, dan mengangkutnya kembali ke Indonesia berupa minyak tanah dan solar. Menurut koran The Asian Wall Street Journal, adalah pihak Esso Singapura yang pada mulanya menaruh curiga terhadap sebuah kapal tangki yang mereka carter. Esso Kure, demikian nama salah satu dari empat kapal tangki yang disewa Esso Singapura itu, mulai menganggut BBM dari pengilangan di Singapura ke Jakarta sejak awal 1980. Menurut T.E. Young, manajer operasi Esso, perusahaannya mulai mencium bau di awal Mei lalu, dan segera melakukan suatu "penyelidikan besar". Dari sejumlah hasil penyelidikan yang kemudian diserahkan kepada Pertamina itu --demikian menurut pihak Esso --terungkap pula bermacam cara pencurian. Salah satu adalah, kapal-kapal yang mengangkut hasil pengilangan minyak dari Singapura itu sebelum sampai di pelabuhan Tanjung priok, singgah dulu di dekat beberapa mercu suar di Laut Jawa. Di sana sudah menunggu beberapa kapal kecil yang siap menyedot sebagian BBM itu. Cara lain lebih lihay nampaknya: Kapal yang mengangkut BBM itu langsung menuju pelabuhan Jakarta dan membongkar muatannya. Tapi tidak semua. Dan bagian yang disisakan itulah dalam perjalanan kembali ke Singapura ditung gu oleh kapal lain yang menggunakan kode lampu warna-warni bak dalam film-film detektif. Selesai menyedot, kedua kapal itu pun kembali ke pangkalan Singapura. Dan hasil BBM itu dijual di Singapura atau ke tempat lain. Bahkan ada pula upaya untuk menjual kembali kepada Pertamina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus