Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Wadah Yang Belum Begitu Laku

Kegiatan-kegiatan di sekolah seperti OSIS, kelompok remaja IPPSI dan gelanggang-gelanggang remaja di DKI Jakarta belum bisa mengerem sepenuhnya bentrokan pelajar. (pdk)

29 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBELUM kelompok-kelompok anak muda, yang dikenal dengan sebutan gang, dibubarkan 1975 yang lalu, rasanya jarang terdengar sekolah terlibat perkelahian yang bersifat keroyokan. Dulu yang selalu berkelahi gang-gang itulah. Apakah wadah penyaluran agresivitas para remaja tersebut kini kurang menarik? Gelanggang-gelanggang remaja di lima wilayah DKl Jakarta, yang diprakarsai Gubernur- Ali Sadikin di awal tahun 70-an, sesungguhnya dimaksud guna menampung kegiatan remaja. Ternyata tak begitu berhasil--dilihat dari sudut tidak begitu banyaknya anak sekolah yang menggunakan waktu senggang di situ. Gelanggang Remaja Jakarta Selatan misalnya, terletak di antara SMAN VI IX dan XI di Bulungan, tak begitu banyak memiliki anggota yang pelajar. Padahal gelangang ini, yang tentu saja berguna banyak bagi remaja umumnya, dibanding empat gelanggang di empat wilayah lain dinilai paling maju. Sejumlah kegiatan yang diadakan-tari (Jawa, Bali, Sunda), lukis, kursus bahasa Inggris, tinju dan silat--pesertanya kebanyakan anak-anak SD dan SLTP. Jumlahnya pun tak banyak. Latihan senitari tiga jenis itu hanya diikuti, tahun ini, sekitar 500 anak. Senilukis hanya 50-an. Bahasa Inggris pun 50-an. Tinju plus silat 200-an. Bandingkan dengan jumlah siswa tiga SMAN Bulungan yang sekitar 6.500-an itu. Kegiatan sekolah sendiri, misalnya yang diprakarsai OSIS, tak sepenuhnya diikuti para siswa. Menurut Simanulang, kepala sekolah SMAN IX, OSIS di situ membuka aktivitas olahraga, senisuara, beladiri, kelompok pencinta alam. "Tapi hanya 30-40% siswa yang berpartisipasi," kata pak kepala. Juga di SMAN IV di Jalan Batu itu. Di sini kegiatan OSIS lebih bervariasi: kecuali kesenian dan olahraga, ada pula pengajian dan diskusi agama. Juga kelompok ilmiah dan palang merah remaja. Toh, hanya sepertiga jumlah siswa yang terjun dalam kegiatan tersebut. Kecuali mengaji--yang menurut Lukmanul Hakim, kctua OSlS-nya, diikuti hampir semua siswa yang Islam. Ada pula kegiatan yang langsung berhubungan dengan pelajaran, tapi sepenuhnya diselenggarakan para siswa sendiri: kelompok belajar. Tiap hari Minggu, secara berkelompok mereka belajar memecahkan soal-soal matematika, fisika dan sebagainya. Yang memimpin adalah mereka yang jago. Memang ada guru yang datang menengok, bila pak guru sedang senggang. Uniknya, yang tidak berhasil memecahkan soal, atau nilai di bawah 5, didenda Rp 25. Bukan untuk apa-apa uang itu--tapi untuk biaya fotokopi soal-soal. Di beberapa SMAN yang lain, juga di STM, kegiatan OSIS memang hanya diikuti sekitar 30% dari jumlah semua siswa. Ada satu wadah, yang dulu lebih dikenal sebagai kelompok tukang berhantam, yang kini kreatif: Ikatan Pemuda-Pemudi Siliwangi (IPPSI), yang menampung kegiatan anak muda kompleks militer Jalan Siliwangi. Isran Risatna Amin, 32 tahun dan telah berkeluarga, sepuluh tahun lalu dikenal sebagai jagoan kelompok ini. IPPSI waktu itu memang sudah ada, tapi belum semenonjol sekarang. Ketika gang-gang dibubarkan, resminya 1975, anak-anak Siliwangi mulai tergerak menggiatkan IPPSI-nya dengan kreatif. Angkatan Irsan yang waktu itu sudah tak remaja lagi menjadi tempat bertanya bagi yang lebih muda. Dan alhamdulilah berhasil lancar sampai hari ini. IPPSI pernah menyelenggara- kan Malam Dang-dut, Rock dan Dang-dut, Malam Nostalgia Rock. Mereka juga punya kesebelasan sepakbola. "Memang organisasi macam IPPSI ini bisa mencegah bentrokan yang sering terjadi di antara remaja," kata Irsan. "Tapi memberhentikan sama sekali bentrokan itu, saya kira tak mungkin. Namanya juga anak-anak."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus