Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) Nandi Herdiaman mengharapkan pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Impor Ilegal bisa mengerek penjualan tekstil dan produk tekstil. Dia mengatakan keresahan pelaku usaha tekstil selama ini terbukti dengan terbongkarnya tekstil impor ilegal senilai Rp 46 miliar pada beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nandi meyakini masih ada celah masuknya tekstil ilegal yang belum terbongkar. Dia mendesak pemerintah untuk menyelesaikan masalah impor Ilegal sampai tuntas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya berharap pembentukan Satgas oleh Kementerian Perdagangan dapat menolong dan mendorong roda perekonomian produk TPT dalam negeri untuk bangkit kembali sehingga menjadi raja di negeri sendiri,” kata Nandi melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 7 Agustus 2024.
Menurut dia, lesunya industri tekstil tidak hanya terjadi belakangan. Dia mengatakan selama ini Indonesia merupakan pasar empuk barang impor. “Industri tekstil di Indonesia ini ibarat ayam yang mati di lumbung padi,” katanya.
Nandi mengatakan permintaan akan produk tekstil selalu melihatkan tren peningkatan. Pertumbuhan penjualan barang di aplikasi belanja online juga cukup pesat. Namun Nandi melihat hal itu tidak terlalu dirasakan produsen lokal. "Khusus untuk produk tekstil jika dilihat dari besaran transaksi aplikasi marketplace tidak pernah bergeser dari urutan teratas dalam penyerapan pasar di Indonesia" katanya.
Namun kondisi tersebut, kata dia, bertolak belakang dengan industri tekstil yang tertatih-tatih. “Market pakaian dalam negeri sangat bagus namun kenyataannya yang beredar di pasaran 90 persen dikuasai oleh produk impor,” katanya. Padahal logikanya, menurut Nandi, jika penyerapan pasar bagus, tentu akan berdampak positif terhadap perkembangan pelaku usaha TPT dalam negeri. "Namun yang terjadi justru sebaliknya dan ini sungguh ironis,” tutur dia.
Pilihan editor: Mengenal Konsep Kota Spons IKN yang Bisa Serap Air Hujan