Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pengusaha Minta Pemerintah Buka Jalur Impor Sapi Bakalan dari Brazil

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Daging dan Feedlot Indonesia Joni Liano mengatakan impor sapi bakalan dari Australia menurun sejak Covid-19.

7 Mei 2021 | 20.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Daging dan Feedlot Indonesia Joni Liano mengatakan impor sapi bakalan dari Australia menurun sejak Covid-19. Kondisi itu menyebabkan stok sapi di dalam negeri menipis dan utilisasi kandang hanya mencapai 60 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sudah komunikasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mencari alternatif lain,” ujar Joni saat dihubungi pada Jumat, 7 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Joni pun meminta pemerintah segera membuka opsi mengimpor sapi bakalan dari Brazil. Selama ini, pemerintah baru membuka keran impor dari negara itu untuk daging sapi segar. Ia meyakini suplai dari Brazil bisa mencukupi kebutuhan daging dalam negeri karena negara tersebut merupakan eksportir sapi terbesar.

Joni melanjutkan, regulator sedang mempelajari usulan pengusaha untuk membuka keran impor sapi bakalan dari Brazil. Apalagi, Brazil termasuk negara yang telah mengantongi sertifikat bebas penyakit mulut dan kuku atau PMK. Meski begitu, sejauh ini pemerintah masih mempertimbangkan risiko penyebaran virus.

“Makanya saya sarankan bangun satu sistem mobile bisnisnya, sapisapi yang kalau kita impor dari Brazil itu begitu masuk ke feedlot, tidak ke mana-mana dan langsung masuk ke RPH (rumah pemotongan hewan), jadi sistem itu tertutup,” ujar Joni.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan Australia mengalami ancaman depopulasi sapi karena kebakaran hutan di musim semi tahun lalu. Ancaman depopulasi membuat tren suplai sapi ke negara importir menurun sehingga berdampak ke kenaikan harga.

“Kenapa ini berdampak pada harga, kita tahu Australia tahun sebelumnya mengalami kebakaran dan ini menganggu populasi sapi,” kata Oke.

Adapun indikator depopulasi dapat dilihat dari langkah Australia yang mulai memotong sapi-sapi betinanya. Bila jumlah sapi betina yang disembelih mencapai 47 persen, artinya populasi hewan tersebut di negara itu sudah benar-benar menipis.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus