Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, OSAKA - Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif mengajak kalangan pengusaha di Tanah Air untuk memacu kinerja ekspor ke Jepang.
Baca: Minta Pasar Digital Bina UKM, Jusuf Kalla Cerita Ekspor Suling
Arifin menyebutkan kemauan pengusaha mengekspor ke Jepang harus ditingkatkan. "Selama ini banyak yang tidak mau ekspor karena pasar Indonesia sudah cukup besar," ujar Arifin usai bertemu dengan para calon imvestor di Hotel Conrad, Osaka, Jumat malam, 1 Februari 2019.
Indonesia, kata Arifin, selama ini selalu mencetak surplus dalam neraca perdagangan dengan Jepang. "Total nilai perdagangan kedua negara sebesar US$ 37 miliar di mana Indonesia surplus US$ 2 miliar."
Arifin juga optimistis nilai perdagangan dan investasi Indonesia dan Jepang bakal naik secara signifikan setelah kesepakatan Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement yang rencananya bakal ditandatangani pada tahun ini. "Tapi ini juga yang harus diantisipasi para pengusaha. Mereka harus meningkatkan kualitas produk agar memenuhi standar."
Sebagai contoh, sejumlah komoditas buah-buahan yang harus diperbaiki kualitasnya agar bisa masuk ke pasar Jepang adalah pisang, nanas, mangga. "Jepang selama ini impor pisang 1 juta ton per tahun dan ekspor dari Indonesia baru 3 ribu ton ke sana. Sisa kebutuhan pisang Jepang diisi oleh Filipina dan Amerika Latin," tutur Arifin.
Untuk komoditas nanas dari Indonesia juga masih sulit masuk ke Jepang karena ada hambatan non tarif seperti aturan standar ukuran komoditas itu. "Jepang mensyaratkan nanas berukuran kecil, di bawah 800 gram. Ukuran itu disesuaikan dengan kebutuhan pabrik pengolahan di sini," ucapnya.
Selain perdagangan Indonesia juga mendorong kerja sama terkait ketenagakerjaan. Indonesia mengupayakan akses tenaga kerja ke Jepang di sektor pariwisata.
Adapun tren investasi Jepang di Indonesia cukup baik karena selama ini Jepang tercatat sebagai investor terbesar kedua di Indonesia. "Pada 2018 nilai investasi memang agak turun menjadi US$ 4,9 miliar dari sebelumnya di atas US$ 5 miliar," tutur Arifin.
Sebelumnya Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengingatkan pentingnya meningkatkan ekspor nonmigas untuk menekan defisit neraca pembayaran. Keberhasilan menekan defisit itu yang diharapkan pada gilirannya bakal menguatkan nilai tukar rupiah.
Yang agak menantang, menurut Mirza, adalah upaya menggenjot ekspor produk manufaktur. "Tapi setelah pemilu, pemerintah pasti akan langsung bergerak mendorong ekspor dan menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini