ADALAH Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto yang maju sebagai wasit, ketika perang tarif antarperusahaan penerbangan domestik mencapai titik yang mengkhawatirkan. Perusahaan penerbangan sepakat menghentikan iklan penurunan tarif atau pemberian diskon,'' katanya dalam seminar ''The Implications of Domestic Airline Competition and Open Sky Issues'', pekan lalu. Keputusan itu lahir dalam pertemuan antara Departemen Perhubungan dan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (INACA) di Bali. Menurut Menteri, tarif yang berlaku sekarang ini pun masih jauh di bawah ketentuan tarif yang direkomendasikan IATA (International Air Transport Association). Jika masih ada maskapai penerbangan yang menawarkan diskon untuk tarif yang rendah ini, itulah isyarat ke arah tindakan bunuh diri alias saling menghancurkan. Jadi, patut dicegah. Tapi penghentian perang tarif bukan berarti tak ada lagi kompetisi. Yang namanya persaingan akan tetap marak, cuma bergeser ke sektor pelayanan bagi penumpang. Hal ini dikemukakan oleh Dirut Garuda, Wage Mulyono, yang menambahkan bahwa maskapainya telah memesan 9 pesawat baru terdiri atas 2 pesawat Boeing 747-400 dan 7 Boeing 737-400. Semuanya akan mulai beroperasi tahun depan. Adapun pesawat berbadan lebar Boeing 747-400, yang bisa mengangkut 450 penumpang, akan melayani jalur Eropa, menggantikan Boeing 747-200. Maksudnya agar tak usah turun di Abu Dhabi untuk mengisi bahan bakar. ''Penumpang eksekutif tidak menyukai hal ini. Mereka maunya serba cepat,'' ujar Wage, tanpa menjelaskan berapa biaya yang disediakan untuk itu. Garuda juga berusaha membuat penumpangnya lebih nyaman, dengan menggunakan konsep pelayanan Pre in Post, yang melayani penumpang mulai dari pemesanan tiket sampai sesudah tiba di kota tujuan. Salah satu pelayanan terbaru Garuda adalah menyediakan bus limusin bagi penumpang ekonomi untuk jarak Bandara Soekarno-Hatta ke hotel-hotel di kawasan Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin, Jakarta. Hanya saja, angkutan gratis itu terbatas untuk penumpang dari Balikpapan dan Surabaya dua jalur yang merupakan ajang persaingan ketat antara Garuda dan Sempati. Anak perusahaan Garuda, Merpati, juga berbenah. Menurut Direktur Pemasaran Merpati, Amirudin Rozali, bagi maskapainya kompetisi baru terasa sedikit menggigit di rute Banjarmasin- Jakarta, yang juga diterbangi oleh Sempati dan Bouraq. ''Tapi pengaruhnya masih kecil,'' ujar Rozali yakin. Sekalipun begitu, Merpati siap-siap sejak dini. Untuk itu, Merpati meremajakan armadanya dengan membeli 8 pesawat F 27-500 pada tahun 1992. Tahun ini dibeli lagi 3 pesawat F-100, sementara maskapai itu juga menyewa pesawat DC 9 dari Garuda. Tak mau kalah, Merpati juga menerapkan pelayanan Pre in Post. Kini bagian reservasi Merpati siap melayani pemesanan tiket 24 jam sehari. Selain itu, juga dipasang alat komunikasi VSAT (very small aperture terminal), di tiap cabang yang belum memiliki saluran telepon, hingga kantor itu bisa memesan tiket ke kantor pusat. Kualitas pelayanan di kabin juga ditingkatkan. Pergantian menu ditingkatkan dari 3 kali menjadi 6 kali sebulan. Kini, tinggal lagi masalah tepat waktu. Target Merpati adalah rata- rata kelambatan 10% dari semua penerbangan dan ini belum tercapai. ''Sekarang ini upaya mengurangi kelambatan pesawat menjadi prioritas kami,'' begitulah janji Rozali. Bambang Sujatmoko
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini