PASARAN semen ternyata masih gawat. Harganya tak hanya naik di
seputar pabrik semen di Jawa, tapi hampir di semua daerah sulit
didapat. Seperti biasa para kontraktor dan konsumen yang merasa
terpukul.
Di Yogya misalnya, toko bahan bangunan memasang bermacam harga.
Semen Gresik Rp 2000 per kantung. Onoda dan Nusantara antara Rp
1850 - Rp 1900. Atau mencapai Rp 200 Rp 350 di atas harga
pedoman setempat (HPS).
Melihat kenaikan harga ini Menteri Perdagangan dan Koperasi
Radius Prawiro, Rabu pekan lalu untuk sementara menyetop
pemberian izin ekspor. Tindakan ini diharapkan akan menambah
suplai untuk pasaran dalam negeri hingga harga akan turun. Namun
kenyataannya harga di pasaran belum banyak berubah. Di Medan,
para pedagang menjualnya Rp 2600 per kantung, masih Rp 700 di
atas HPS. Asmara Lubis, seorang pemborong di Deli Serdang sampai
mengatakan, "kalau begini, pemborong bermodal lemah bisa mampus.
"Kelangkaan semen ini membuat program pembangunan di Maluku
nyaris lumpuh. Kapal segan mengangkut semen ke Kepulauan Maluku
itu. Malahan ke Lampung pun tak ada kapal dari Priok yang mau
mengangkut semen karena jaraknya terlalu dekat. J.B. Habibie,
Sekretaris Ditjen Perhubungan Laut, mengakui perusahaan
pelayaran segan mengangkut semen terutama karena tak terjamin
kepastian barang angkutan untuk kembali. Untuk mengatasi itu
mulai 7 April, pengangkutan semen ke seluruh Indonesia diatur
dengan sistem kontrak jangka panjang, di mana pemerintah
diharuskan menyediakan barang untuk diangkut kembali.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kardjono Wirioprawiro
beranggapan keenaikan harga semen ini disebabkan spekulasi
pedagang yang memperkirakan bakal naiknya harga BBM mulai April.
Kata sang Dirjen "Dalam total biaya produksi semen unsur BBM
memegang andil 30%." APBN 1980/1981 memang sudah menggambarkan
bahwa BBM itu bakal naik. Ini gampang dibaca oleh orang yang
bermata jeli. Namun diakuinya keadaan sekarang memang unik.
"Permintaan terhadap semen meningkat luar biasa. Banyak
kontraktor mengambil langkah pengamanan, ujarnya.
Setiadi Dirgo, Wakil Ketua I Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
mendukung pendapat itu. Malahan, menurut Setiadi kaum ibu
ikut-ikutan membeli semen, padahal rumahnya belum mendesak betul
untuk diperbaiki. Akibatnya persediaan menipis dan harga
melonjak di tingkat grosir sampai pengecer.
Faktor angkutan darat pun ikut mendorong harga itu naik. Bulan
Januari ongkos truk dari Cibinong ke Jakarta hanya Rp 40 per
kantung. Tapi sejak Pertamina menaikkan 35% harga minyak
pelumasnya 1 Februari lalu, ongkos truk naik menjadi Rp 50 per
kantung. Dari Jakarta ke Semarang yang semula Rp 200 naik
menjadi Rp 245 per kantung.
Ada yang menuding kenaikan harga ini karena ulah pabrik senen.
Suplai semen berkurang dengan alasan mesin pabrik sedang
diperbaiki. Anehnya, perbaikan mesin itu terjadi hampir
berbarengan. Dua minggu sebelum pabrik Semen Tonasa dan Indarung
II diresmikan Presiden, kedua pabrik itu mengalami kerusakan.
Sesudah itu, pertengahan Februari pabrik semen Nusantara di
Cilacap pun mengalami perbaikan yang memakan waktu hampir 10
hari.
"Itu menimbulkan kesan seolah-olah semuanya telah diatur untuk
menekan pemerintah agar menaikkan HPS," kata sebuah sumber
TEMPO. Namun pihak Deperdagkop menegaskan "Dalam waktu dekat
ini tidak akan menaikkan HPS," kata Kardjono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini