DEPARTEMEN untuk Pembimbingan Nasional di Teheran sudah tidak mengherankan jika cenderung mengusir wartawan asing. Banyak pemberitaan di dunia tentang kejadian di Iran memang kurang menyenangkan bagi pemerintahan revolusioner. Belakangan ini diusirnya David Lamb dari Los Aneles Times. Kemudian Youssef Ibrahim dari New York Times didepaknya keluar. Kesalahan mereka ialah, tentu saja, karena pemerintahan revolusioner Iran tidak menyukai penulisan mereka. Ancaman pengusiran terhadap wartawan asing lainnya masih membayang dan makin jelas pekan lalu. Ali Behzadnia, seorang direktur jenderal yang menangani pers asing dari Departemen untuk Pembimbingan Nasional menetapkan ketentuan baru. Yaitu, wartawan yang mewakili pers asing tidak boleh melakukan tugas pemberitaan di luar Teheran jika tanpa diketahui departemen itu. Bukan itu saja. Wartawan bersangkutan juga harus ditemani oleh pejabat, escort yang dipercayai oleh departemen itu "dalam semua pertemuan dan interpiu" yang dilakukannya di luar Teheran. Jika ini tidak dipatuhi, demikian Washington Post mengutip Behzadnia, sang wartawan akan diusir atau ditolak permohonannya untuk kembali ke Iran. "Kami harus mengetahui apa yang anda lakukan. Kami harus mengetahui dengan siapa anda berbicara," kata Behzadnia. RUU Pers Rupanya wartawan Washington Post di Teheran sudah diperingatkan tapi belum sampai diusir. Wartawan koran itu diketahui baru saja kembali dari propinsi Khuzestan, di mana kaum minoritas Arab menuntut otonomi dan terjadi insiden. Dirjen Behzadnia sudah mengizinkannya pergi ke Khuzestan tapi ia harus melapor ke pejabat setempat. Sang wartawan ternyata tidak peduli. Jika melapor pada pejabat setempat, ia sudah menduga kebebasannya menginterpiu akan terhalang. Behzadnia kemudian marah: "Kami akan memperhatikan apa yang anda tulis, dan memutuskan apakah anda nanti boleh kembali ke negeri ini. Kami tidak mengundang anda. Kami bisa meminta anda angkat kaki kapan saja kami mau." Banyak wartawan pers asing lainnya di Teheran turut melihat risiko. Pembatasan terhadap mereka melebihi apa yang dialami pers nasional. Tapi pers Iran, walaupun tidak diharuskan memakai escort resmi dalam menginterpiu sumber berita, sudah menyensor diri sendiri. Pemerintahan revolusioner kini menyiapkan suatu RUU yang jelas akan membatasi kemerdekaan pers. Buat sementara, pers Iran tidak mengetahui aturan permainan. Lima koran utama di Teheran jarang sekali berani mengeritik pemerintah. "Jurnalisme sekarang malah lebih gawat dibanding halnya di zaman Shah dan Savak (polisi rahasia)," demikian lnternational Herald Tribune mengutip seorang wartawan Teheran. "Di zaman Savak, anda sudah mengetahui apa aturannya . . . Sekarang tidak ada aturannya, tapi anda harus lebih berhati-hati."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini