Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Loang, Tapi Belum Siap

Penduduk yang terkena bencana gelombang laut di Kabupaten Lembata, diungsikan ke Loang, Flores Timur. Fasilitas yang ada baru terdiri 5 rumah dan 1 sumur pompa. Pengungsi dihkawatirkan tidak betah.(dh)

4 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH bencana gelombang menyapu beberapa desa pantai Kecamatan Atabei di Kabupaten Lembat (Flores Timur), kesibukan beralih ke Loang (Kecamatan Nagawutung) di sebelah barat kawasan yang terkena musibah itu. Tempat ini adalah salah satu pemukiman yang memang sudah disiapkan Pemda NTT sejak 1975. Yaitu ketika Gunung Hobal muncul dipermukaan laut. (Lihat Box). Untuk proyek pemukiman di Loang itu Presiden Soeharto telah memberi bantuan untuk membangun 100 buah rumah. Rumah-rumah ini semestinya harus selesai seluruhnya Mei lalu. Dan beberapa jam setelah gelombang itu menelan sekian banyak korban, Sekwilda NTT, drs. Coen Matutina masih melaporkan: rumah-rumah yang sebuahnya bernilai Rp 225.000 sudah selesai 2 buah. Berikut 60 buah barak berukuran 30 x 3 meter. Kelaparan. Dengan perasaan lega setelah mendengar laporan Sekwildanya, hari itu juga Kakanwil Depsos NTT L.M. Frans, mengunjungi Loang. Sekaligus bermaksud membenahi apa-apa yang perlu menjelang pemindahan para pengungsi yang selamat dari sapuan gelombang itu. Tapi apa yang ditemui L.M. Frans maupun para pengungsi yang mulai datang ke sana pertengahan pekan lalu, tampaknya tak memberi harapan. Lokasi pemukiman Loang belum siap. Dari sekian rumah yang dikatakan rampung, ternyata hanya 5 buah yang siap dipakai. "Dari 60 barak yang disiapkan, lebih separuhnya sudah rusak," kata Domi Tukan, petugas Kantor Kecamatan Nagawutung kepada Aloysius Liliwery dari TEMPO yang datang ke tempat itu. Di tempat pemukiman itu sampai 20 Juli lalu hanya ada sebuah sumur sebagai satu-satunya sumber air minum penghuninya. Karenanya pada saat itu juga Kakanwil Depsos NTT segera memerintahkan membuat 10 buah sumur lagi. Ini belum termasuk kakus. Sebab sampai beberapa hari menjelang kedatangan penghuni baru itu, sebuah WC pun belum ada di lokasi itu. Karena itu sulit dibayangkan kesibukan petugas-petugas di Loang menyambut kedatangan 41 KK yang tiba di pemukiman baru itu sejak pertengahan pekan lalu. Bagi para pengungsi untuk sementara ketaksiapan itu barangkali tak begitu mereka hiraukan, karena masih tenggelam dalam kesedihan. Tapi untuk selanjutnya apakah mereka betah? Sebab 50 KK asal Waiteba (termasuk wilayah yang kena bencana) yang pindah ke Loang sejak Desember tahun lalu ternyata tak betah tinggal di tempat pemukiman baru ini. Terutama karena fasilitas pemukiman ini masih jauh dari memadai. Lebih dari semua itu, kelaparan mulai membayang di wilayah Flores Timur. Panen banyak yang gagal karena dicurah hujan deras selama Mei dan Juni lalu. Malahan sejak akhir Juni di beberapa tempat Pemda setempat mulai mebagi-bagikan beras sebanyak 5 kg tiap KK yang dianggap tak mampu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus