Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pertama Di Tengah Sawah

Di dawuan, Cikampek, Jawa Barat, kini, telah berdiri pabrik pupuk yang dikelola oleh PT Pupuk Kujang. Jika beroperasi penuh pabrik ini mampu menghasilkan 570 ribu ton urea setahun.(eb)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PABRIK pupuk Kujang di Dawuan, Cikampek, Jawa Barat, diresmikan Presiden Soeharto 12 Desember lalu. Tarian banyet Karawang dan upacara adat setempat ikut memeriahkan pembukaan pabrik itu. "Ini merupakan pabrik pupuk pertama di Jawa Barat yang berlokasi di tengah sawah," kata ir Salmon Mustapa, Direktur Utama PT Pupuk Kujang. Dulu desa Dawuan merupakan perkampungan penduduk, belukar bambu, tanah kehutanan dan pekuburan. Kini, di situ berdiri sebuah pabrik besar berkapasitas 570 ribu ton urea setahun. Biaya pembangunannya US$ 256 juta, berupa pinjaman dari pemerintah Iran sebesar US$ 200 juta serta imbangan rupiah pemerintah sebanyak US$ 56 juta. Sebetulnya 36 hari sebelum kepala negara meresmikannya, pabrik ini telah mulai dengan produksi perdananya. Pipa-pipa untuk suplai bahan baku berupa gas alam, air dan udara sudah lama selesai. Melalui pipa itu gas alam dialirkan dari Jatibarang dan Cilamaya, 27 km dari Dawuan. Sedang air disalurkan dari Curug. Kedua bahan baku ini ditambah dengan udara diproses di pabrik ammonia untuk menghasilkan zat lemas (N2), zat air (H2) dan gas asam arang (C02). Ketiganya direaksikan untuk menghasilkan ammonia berkapasitas 1000 ton sehari yang selanjutnya diproses di pabrik dengan kapasitas 1725 ton urea per hari. Sekitar 600 kg ammonia menghasilkan 1 ton urea. Kujang memang tidak bekerja sendiri untuk urusan urea ini. Sebelum Kujang, PT Pusri di Palembang dengan Pusri I sampai IV telah menghasilkan 1,6 juta ton urea setahun. "Tapi produksi rata-rata cuma 1,4 juta ton urea per tahun," kata H. Hasan Kasim, Dir-Ut PT Pusri, yang bakal menangani pemasaran pupuk Kujang selama 6 bulan. Di samping itu di Gresik terdapat pula pabrik urea dengan kapasitas 45 ribu ton setahun. Total seluruh kapasitas produksi pupuk di Indonesia sekarang berjumlah sekitar 2,2 juta ton setahun. Sedang kebutuhan dalam negeri sekarang diperkirakan 1,2 juta ton urea per tahun. Hingga terdapat kelebihan produksi yang bisa diekspor. ASEAN Tapi berbicara tentang ekspor, H. Hasan Kasim tampak berhati-hati. "Permintaan pupuk di pasaran dunia sekarang ini memang melonjak," katanya. Tapi sebagai perusahaan milik pemerintah, "pemasaran ke luar negeri diatur dan ditetapkan oleh pemerintah." Harganya memang baik VS$ 150 per ton FOB Apalagi setelah Kebijaksanaan 15 Nopember, ekspor pupuk urea ini akan menghasilkan lebih banyak rupiah. Tahun lalu, Pusri mengekspor sebanyak 400 ribu ton yang menghasilkan devisa US$ 33,8 juta. Realisasi ekspor tahun ini baru mencapai 150 ribu ton. Diharapkan ekspor sampai akhir tahun anggaran sekarang tak kurang dari tahun lalu. Prioritas ekspor pupuk menurut H. Hasan Kasim ditujukan ke negara ASEAN. Namun Pusri selama ini juga telah mengekspor ke Sri Langka, India, Pakistan, Australia, Selandia Baru dan Zambia (Afrika). Setelah PT Pupuk Kaltim di daerah Bontang yang berkapasitas 500.000 ton selesai, Indonesia mungkin bisa pula mengekspor ammonia. Sebab kapasitas produksi pabrik ammonia itu 1,5 kali lebih besar dari yang dimiliki Kujang. Menteri Ekuin, Wijoyo Nitisastro kepada TEMPO baru-baru ini mengatakan "ekspor pupuk termasuk yang dibatasi di samping semen dan minyak kelapa sawit." Alasannya: kita harus mengamankan dulu kebutuhan dalam negeri. "Itu logis," kata H. Hasan Kasim. Sebab lahirnya pabrik pupuk adalah karena adanya petani. Dan sumber hidup pabrik Pusri maupun Kujang adalah dari petani dalam negeri. Untuk meningkatkan pelayanan, Pusri mempunyai 3 kapal bulk (curahan), masing-masing berbobot 7500 DWT. Dengan sistim curah ini bongkar-muat dapat dilakukan dalam tempo 24 jam, sementara di berbagai pelabuhan seperti Belawan, Surabaya dan Cilacap terdapat pabrik kantong. Sedang di daerah kabupaten, Pusri mempunyai gudang sebagai sarana pemasaran. Selain itu Pusri juga mempunyai armada gerbong kereta api sebanyak 175 buah yang dioperasikan PJKA. Gerbong yang punya daya muat sebanyak 30.000 ton ini dipesan dari Korea Selatan. "Itulah sebabnya urusan pemasaran Kujang sementara ini dipegang Pusri," kata Hasan Kasim. Baginya, soal memproduksi pupuk tidaklah begitu sulit.' Dengan harga penjualan pada petani Rp 70 per kg, Pusri untung. Tapi yang dianggap sulit dan makan energi serta biaya adalah urusan pemasaran. "Pabrik ini milik pemerintah. Harga penjualan ditentukan pemerintah. Produksi pemerintah juga yang beli. Kami hanya menjalankan missi," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus