Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memastikan lapangan YY di Blok Offshore North West Java (ONWJ) dapat beroperasi kembali. Sumur sumbatan atau relief well di lapangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengalirkan minyak dan gas. "Targetnya bisa beroperasi pada 2021 nanti," kata Direktur Utama PHE Meidawati, seperti yang dilansir Koran Tempo edisi Senin 10 Februari 2020.
Relief well di lapangan YY dibor untuk menyumbat sumur YYA-1 yang mengalami kebocoran. Sumur sumbatan itu digali sedalam 9.000 kaki untuk dapat menembus YYA-1. Pertamina menginjeksi lumpur berat melalui sumur tersebut untuk menghentikan kebocoran minyak dan gas. Usai penyumbatan, PHE akan menutup sumur YYA-1 secara permanen.
PHE telah melakukan sejumlah kajian seperti kajian subsurface dan drilling untuk memanfaatkan relief well sebagai sumber produksi. Selain itu, persiapan pengoperasi relief well berupa pemasangan platform pun segera dilakukan. Vice President Relations PHE Ifki Sukarya menyatakan perusahaan akan mengangkat platform di YYA-1 dan memperbaikinya.
"Platform akan diangkut kembali ke lapangan YY dengan lokasi baru di sumur relief well," katanya. Saat ini platform tersebut telah dipotong dan pada 16 Februari mendatang perusahaan berencana mengangkat jack up platform.
Direktur Operasi PHE Taufik Aditiyawarman mengatakan kapasitas produksi relief well pengganti YYA-1 diperkirakan sekitar 1.000 barel per hari. "Nanti dilihat lagi (potensi tambahan) kalau ada kemungkinan kan bisa tiga sumur," ujar dia. Lapangan YY sebelumnya terdiri dari tiga sumur yaitu YYA-1, YYA-2, dan YYA-3. Ketika YYA-1 mengalami kebocoran, PHE memutuskan menutup ketiga sumur tersebut.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), lapangan YY seharusnya dapat menyumbang 4.605 BOPD minyak dan 25,5 MMSCFD gas per hari. Lapangan itu ditargetkan mulai berkontribusi pada lifting migas nasional pada Oktober 2019 lalu. Namun dua bulan sebelumnya sumur YYA-1 meledak.
Bocornya sumur YYA-1 menggangu capaian target lifting migas tahun lalu. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut target lifting yang tak tercapai pada 2019 salah satunya disebabkan kebocoran sumur YYA-1. Dia berharap lapangan tersebut dapat beroperasi kembali untuk mendorong capaian lifting tahun depan.
Selain itu, dampak tumpahan minyak yang menyebar di perairan Karawang merugikan masyarakat terutama nelayan. Di Kabupaten Karawang saja terdapat 10.271 masyarakat terdampak. PHE telah memberikan kompensasi awal sebesar Rp 1,8 juta untuk dua bulan.
Saat ini PHE tengah menghitung nilai kompensasi final yang besarannya disesuaikan profesi masyarakat yang terdampak. Ifki Sukarya menuturkan PHE tengah melengkapi data masyarakat terdampak. "Diharapkan kalau data sudah lengkap, dapat dilakukan penghitungan. Jika sudah selesai maka pembayaran diharapkan paling cepat Maret," ujar dia.
Pemerintah hingga saat ini masih menyelidiki penyebab kebocoran di sumur YYA-1. Direktur Teknis dan Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Adhi Wibowo menyatakan temuan awal menunjukkan adanya ledakan prematur di dekat permukaan. "Kami memastikannya dengan menurunkan kamera untuk mengecek," kata dia.
Ledakan itu merusak pipa dan formasi lapisan tanah sehingga platform miring. Saat kejadian, kemiringan platform sekitar 13 derajat. Adhi menuturkan pemerintah masih meneliti sebab ledakan prematur tersebut.
Targetnya hasil investigasi kejadian tersebut akan diterbitkan bulan ini. Adhi memastikan perusahaan pelat merah itu akan menerima sanksi namun dia belum dapat menjelaskan jenis hukumannya. "Sanksi diberikan supaya perusahaan lain juga bisa belajar dan tidak melakukan kesalahan yang sama," kata dia.
VINDRY FLORENTIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini