Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pertemuan OPEC Terancam tanpa Hasil

Iran berkukuh menolak usul menggenjot produksi minyak.

21 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pertemuan OPEC Terancam tanpa Hasil

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WINA – Pertemuan Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) di Wina, Austria, besok, terancam tak akan menghasilkan kesepakatan terhadap proposal yang disodorkan Arab Saudi: peningkatan produksi minyak. Iran, negara pengekspor minyak terbesar keenam dunia, menolak rencana yang dinilai bakal menurunkan harga emas hitam tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemarin, setibanya di Wina, Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh menegaskan sikap negaranya yang tak akan berkompromi terhadap usul Arab Saudi. "Saya tidak percaya kami akan mencapai kesepakatan pada pertemuan ini," kata Zanganeh seperti dikutip Bloomberg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika perkiraan Zanganeh terwujud, ini akan mengulang kejadian 2011 ketika terakhir kali pertemuan OPEC digelar tanpa kesepakatan. Hingga tahun lalu, mereka masih kompak ketika bersepakat memangkas produksi untuk meningkatkan harga minyak dunia yang merosot.

Kala itu, OPEC bahkan berhasil membujuk eksportir minyak non-anggota seperti Rusia, Kazakstan, dan Meksiko untuk melakukan hal serupa. Walhasil, harga minyak dunia, yang sempat tersungkur di kisaran US$ 29 per barel-terendah dalam lima tahun terakhir-pada Januari 2016, perlahan terkerek ke level US$ 75 pada pertengahan bulan lalu.

Lonjakan harga inilah yang belakangan dianggap sejumlah negara konsumen dapat mengganggu stabilitas perekonomian global. Amerika Serikat salah satunya menjadi aktor di belakang proposal Arab Saudi agar OPEC memacu lagi produksi minyak mereka untuk menekan harga.

Sejak awal Iran, yang tertekan oleh sanksi ekonomi Amerika Serikat, menolak usul ini. Teheran justru berharap harga minyak tetap tinggi untuk menutup imbas sanksi terhadap perekonomian mereka. Venezuela, pengekspor patra terbesar ke-12 dunia yang tahun lalu membukukan penjualan senilai US$ 23,1 miliar atau sekitar Rp 320 triliun, berdiri di samping Iran. Caracas tengah berupaya bangkit dari krisis sejak industri petrodolar mereka ambruk tahun lalu.

Menteri Zanganeh agaknya tak main-main menegaskan posisi negaranya. Dia menyatakan akan langsung kembali ke negaranya selepas pertemuan Jumat, melewatkan agenda kedua antara OPEC dan negara non-anggota pada Sabtu nanti. "OPEC adalah organisasi independen, bukan organisasi yang dapat menerima instruksi dari Presiden Trump," kata Zanganeh, seolah merespons pernyataan Trump lewat Twitter beberapa waktu terakhir, agar OPEC menghentikan kebijakan pengetatan produksi.

Arab Saudi masih terus berupaya meyakinkan negara anggota OPEC lainnya untuk menyetujui usul relaksasi pembatasan produksi. Sejauh ini, dukungan telah datang dari Rusia, pengekspor minyak terbesar kedua yang tak bergabung dalam OPEC.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak yang dijadwalkan hadir dalam pertemuan Sabtu nanti mengingatkan tren permintaan minyak dunia yang biasanya meningkat pada triwulan ketiga. "Kita bisa berhadapan dengan defisit jika tidak melakukan penyesuaian," kata Novak seperti diberitakan Reuters, kemarin. Dia khawatir kondisi pasar justru akan memburuk akibat kondisi tersebut.

Adapun perwakilan negara anggota lainnya, seperti Kuwait, Angola, Uni Emirat Arab, dan Ekuador yang telah tiba di markas OPEC sejak Senin lalu, belum dapat memberi tanggapan tentang posisi mereka terhadap pertentangan ini. "Ini akan menjadi pertemuan yang sulit," kata Menteri Perminyakan Ekuador, Carlos Perez. BLOOMBERG | REUTERS | AGOENG WIJAYA


Para Penjual Patra

Sepuluh negara eksportir minyak menguasai 66,6 persen nilai perdagangan minyak mentah dunia sepanjang tahun lalu. Arab Saudi, penjual minyak terbesar, kini berhadapan dengan sejumlah negara anggota OPEC lainnya yang menentang rencana peningkatan produksi untuk meredam kenaikan harga minyak dunia. Proposal ini sempat menurunkan harga patra. Namun, menjelang pertemuan OPEC akhir pekan ini-yang mungkin tak bakal menghasilkan kesepakatan peningkatan produksi-harga pun kembali merangkak naik.

10 besar negara eksportir minyak (US$ Miliar)

Tren harga minyak mentah dunia (US$/Barel)

AGOENG | SUMBER: THE WORLD FACTBOOK (MEI 2018), BLOOMBERG

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus