Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Modal PGE naik 316 persen.
Proyek penambahan kapasitas PLTP Lumut Balai jadi fokus PGE.
PGE pastikan permintaan listrik terjamin.
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menggelontorkan US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,8 triliun (dalam kurs Rp 15.300 per dolar) untuk belanja modal tahun ini. Nilainya melonjak empat kali lipat dibanding belanja modal tahun lalu yang hanya US$ 60 juta atau sekitar Rp 900 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alokasi belanja modal PGE melimpah berkat aksinya melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada 25 Februari lalu, perusahaan mencatatkan saham perdananya atau initial public offering (IPO) dengan menawarkan 10,3 miliar saham atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi ini, anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut mengantongi dana segar senilai Rp 9,05 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sekretaris Perusahaan PGE, Muhammad Baron, sebanyak 85 persen dari dana hasil IPO dikhususkan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) selama tiga tahun. "Untuk kebutuhan capex 2023, bisa dikatakan hampir semua akan menggunakan dana IPO," ujarnya kepada Tempo, kemarin. Sisanya berasal dari kas internal. Selain itu, ada tambahan pembiayaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA), khusus untuk proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2.
Baca juga: Menanti Pembuktian Kinerja PGE
Baron mengatakan pembangunan pembangkit di Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ulu itu jadi salah satu fokus perusahaan tahun ini. PGE bekerja sama dengan konsorsium Mitsubishi Corporation, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan SEPCO III Electric Power Construction Co Ltd untuk mengembangkan PLTP Lumut Balai Unit 1 yang rampung pada 2019. Rencananya, unit kedua pembangkit ini bakal memiliki kapasitas 55 megawatt dan diproyeksikan bisa memberikan energi untuk sekitar 55 ribu rumah tangga di Sumatera Selatan.
PLTP Lumut Balai Unit 1 di Muara Enim, Sumatera Selatan. pge.pertamina.com
Perusahaan mengejar target pengoperasian PLTP Lumut Balai Unit 2 pada 2024. Untuk itu, Direktur Keuangan PGE, Nelwin Aldriansyah, mengatakan perusahaan masih akan menyisihkan modal untuk proyek ini tahun depan. Dia tak menyebutkan besarannya. Namun, secara total, investasi baru tahun depan ditargetkan senilai US$ 350 juta atau Rp 5,3 triliun.
Nelwin menuturkan, fokus utama penyaluran modal perusahaan adalah penambahan kapasitas terpasang pembangkit. Sejak 2022, PGE menargetkan tambahan kapasitas hingga 600 megawatt dalam kurun waktu lima tahun. Kapasitas PLTP milik PGE akan bertambah dari 672 megawatt pada 2022 menjadi 1.272 megawatt pada 2027. "Untuk mendukung pertumbuhan kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri itu, perseroan sudah merencanakan investasi dengan total nilai US$ 1,6 miliar," ujarnya.
Baca juga: Tak Sekadar Bisnis Uap
PGE memastikan target ini sudah sesuai dengan rencana usaha penyediaan tenaga listrik PT PLN (Persero), sehingga tak khawatir dengan isu kelebihan kapasitas listrik saat ini. Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE, Rachmat Hidayat, menyatakan sebagian pembangkit yang bakal dibangun sudah terikat power purchase agreement atau perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN. Sedangkan untuk pembangkit lain yang belum dikerjasamakan dengan PLN, PGE sedang melakukan konsolidasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. "Ada peluang untuk mengajukan usulan-usulan proyek pembangkit listrik baru (kepada Kementerian)," katanya.
Pemerintah memang tengah mengupayakan penambahan kapasitas pembangkit listrik dari energi terbarukan untuk mengejar target pengurangan emisi sesuai dengan komitmen Perjanjian Paris hingga mencapai target netral karbon pada 2060 nanti. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan panas bumi menjadi salah satu andalan untuk mencapai mimpi tersebut. "Panas bumi energinya bersih, kapasitas pasokannya stabil selama puluhan tahun, sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai andalan pasokan listrik,” tuturnya.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo