Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA -Lembaga Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengejar target penyelesaian pembiayaan Rp 100 triliun pada semester II tahun ini. Kepala Eksekutif PINA, Eko Putro Adijayanto, mengatakan salah satu target yang tengah dikejar adalah pembiayaan swasta untuk pembangunan jalan tol. "Kami optimalkan penjajakannya pada semester ini untuk mengejar target financial close pada akhir tahun," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Eko, PINA menawarkan tiga proyek jalan bebas hambatan, yaitu jalan tol Probolinggo-Banyuwangi sepanjang 172 kilometer, jalan tol Cikunir-Ulujami sepanjang 28,8 kilometer, serta jalan tol Solo-Yogyakarta-Bandara Kulon Progo sepanjang 91,9 kilometer. Investasi ketiga proyek itu mencapai Rp 70,5 triliun. PINA juga mencari pemodal yang berminat membeli sembilan jalan tol milik PT Waskita Toll Road senilai Rp 148 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di luar pembangunan jalan tol, PINA menawarkan 30 proyek di bidang perhubungan, energi, industri strategis dan manufaktur, serta perumahan kepada pemodal swasta, baik asing maupun domestik. Skema PINA dikembangkan beriringan dengan pola public private partnership atau kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Skema pembiayaan itu diharapkan mengurangi beban negara yang harus menopang pendanaan infrastruktur Rp 6.000 triliun pada 2020-2024.
Chief Relation Officer PINA, Yose Rizal, mengatakan lembaganya harus mengemas penawaran proyek sedemikian rupa agar semakin layak masuk pasar. Berbeda dengan KPBU, proyek PINA tak diberi jaminan dari pemerintah. Tapi, kata Yose, rasio pengembalian investasinya dipatok di atas 13 persen. Sedangkan rasio proyek KPBU hanya berkisar 6-12 persen. "Penjualan jalan tol, terlebih yang sudah operasional, semestinya menarik bagi investor karena risiko konstruksinya sudah terlewati," tuturnya. "Pengembangan jalan tol baru juga dibungkus agar layak investasi dan tak terkesan greenfield atau baru direncanakan."
Sekretaris Perusahaan PT Waskita Toll Road, Alex Siwu, mengatakan proses penjualan dua ruas yang dikelola entitasnya, yaitu jalan tol Solo-Ngawi dan jalan tol Ngawi-Kertosono, belum rampung, meski sudah memasuki tahap akhir pada bulan ini. Dia tak menampik bahwa penawaran gelombang pertama sempat disambut investor asal Hong Kong. "PINA jadi penghubung kami," ujarnya, kemarin.
Dalam pembacaan nota keuangan negara, Jumat lalu, Presiden Joko Widodo berjanji pembangunan infrastruktur periode keduanya akan mengedepankan pembiayaan kreatif. "Dilakukan dengan memperhatikan value for money," katanya. Jokowi memberi contoh pengembangan empat kawasan wisata prioritas pada 2020, yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan Mandalika. Keempatnya menjadi bagian dari proyek "10 Bali Baru" yang juga difasilitasi PINA dengan investasi sebesar Rp 296 triliun.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Kris Ade, mengatakan investasi jalan tol tak akan dilirik pemodal jika pemerintah hanya menawarkan daftar peluang proyek. "Khusus untuk investasi langsung, swasta menagih kepastian berusaha dan mitigasi risiko atas berbagai kondisi bisnis di Indonesia," ucapnya. "Pemodal asing pun pasti mencari mitra lokal yang punya reputasi, dan saat ini jumlahnya masih sedikit." FAJAR PEBRIANTO | YOHANES PASKALIS PAE DALE
Menjaring Pemodal Berbagai Sektor
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo