Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2025 bersama Kepolisian Daerah Papua berhasil mengungkap pasokan senjata untuk kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB OPM). Tim gabungan menyita enam pucuk senjata api dan 882 butir amunisi berbagai kaliber produksi PT Pindad Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Enam pucuk senjata api yang terdiri dari empat pucuk laras pendek dan dua laras panjang serta 882 amunisi berbagai kaliber itu diamankan Kamis malam (6 Maret 2025) di jalan Trans Papua ruas jalan Jayapura-Wamena tepatnya di wilayah Kabupaten Keerom, Papua," kata Kapolda Papua Irjen Pol Patrige Renwarin seperti dikutip Antara, Sabtu, 8 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama PT Pindad pun mendapat sorotan publik. Industri produk-produk alat pertahanan Indonesia selama ini diproduksi oleh PT Pindad (Persero) sejak 1950. Perusahaan yang sebelumnya diberi nama Pabrik senjata dan Mesiu ini berkembang dan berhasil membuat berbagai produk-produk militer, seperti senjata api, amunisi, bahkan kendaraan perang.
Perusahaan ini telah berkembang menjadi produsen alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang diakui, dengan visi menjadi salah satu dari 100 perusahaan global terkemuka yang menghasilkan produk berkualitas tinggi melalui inovasi dan kemitraan strategis.
PT Pindad bahkan dalam laporan tahun 2018 yang diambil dari Antara, telah berhasil memasukkan produknya ke dalam pasar ekspor. Produk-produk ini adalah 7.300 butir munisi kaliber 7.62 x 51 mm dan explosives materials berupa TNT block 225 gram, 500 gram dan 130 gram sebanyak 4.030 unit ke Thailand.
Bahkan pada tahun 2019, Pindad menjualkan 120 unit Tank Harimaunya ke negara-negara Asia Selatan dan ASEAN. Kemudian, Pindad tahun 2021 mengirimkan produk-produknya berupa peluru ke Thailand, Bangladesh, dan Amerika Serikat.
Dengan adanya keterbukaan pasar global ini, Pindad berhasil menaikkan keuntungannya dari tahun 2022 sebesar Rp 25 triliun menjadi Rp 27 triliun pada tahun 2023.
Walaupun Pindad terus mengembangkan inovasi untuk memasuki pasar global, perusahaan ini tetap menerima pesanan-pesanan dari dalam negara. Pada 2023, Kementerian Pertahanan meminta beberapa unit mobil untuk digunakan para pejabat.
"Saat ini kami sudah dapat kontrak tahap pertama 5.000 unit, nanti akan sampai 10.000. Untuk kontrak tahap pertama itu 5.000 unit targetnya dua tahun ke depan," ujar Abraham Mose sebagai Direktur Utama PT Pindad dikutip dari Antara.
Namun, walau PT Pindad sudah bisa memasuki pasar ekspor dan menerima pesanan dari luar negeri, Pindad masih harus dibayang-bayangi tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku. Mengingat produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini akan mengikuti iklim politik global juga, sehingga kenaikan harga bahan baku propelan dan plat baja bisa memengaruhi produksi perusahaan ini.
Daniel Ahmad Fajri dan Melinda Kusumaningrum berkontribusi dalam penulisan artikel ini.