Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Permintaan sewa jet pribadi datang dari kalangan elite.
Privasi menjadi keunggulan layanan jet pribadi.
Potensi bisnis sewa jet pribadi ke depan cemerlang.
BISNIS sewa pesawat jet pribadi mendapat sorotan karena Kaesang Pangarep dan Erina Gudono. Anak serta menantu Presiden Joko Widodo ini menjadi buah bibir publik setelah menumpang jet pribadi saat melawat ke Amerika Serikat, pekan lalu.
Belum ada komentar resmi dari Kaesang, Erina, ataupun Istana Kepresidenan mengenai hal tersebut. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia Raja Juli Antoni menegaskan, urusan jet pribadi itu masalah personal Kaesang, yang menjabat Ketua Umum PSI. Menurut Raja Juli, jet pribadi Kaesang juga tidak berkaitan dengan partai.
Terbang menggunakan jet pribadi bukan hal yang lumrah buat kebanyakan orang. Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association Bayu Sutanto menjelaskan, permintaan layanan ini sangat terbatas. "Demand-nya datang dari pelanggan high profile, VIP, atau VVIP karena tarif yang cukup mahal bagi orang kebanyakan," katanya kepada Tempo, Selasa, 27 Agustus 2024. Mereka antara lain pengusaha, selebritas, dan elite politik, termasuk pejabat tinggi negara.
Tarif penerbangan menggunakan jet pribadi bervariasi. Sejumlah faktor menentukan besaran tarifnya, seperti jenis dan kapasitas pesawat, serta jangkauan terbangnya. Untuk layanan sewa jet pribadi domestik, Bayu menyebutkan kisaran harganya US$ 5-15 ribu atau sekitar Rp 77,5-232 juta.
Meski biayanya mahal, terbang menggunakan jet pribadi punya beberapa keunggulan ketimbang pesawat komersial. "Untuk segmen niche yang umumnya orang kaya, selebritas, politikus, atau pejabat tinggi, mereka tidak mau terumbar perjalanannya. Selain masalah kecepatan karena tidak perlu ada proses check-in dan boarding serta imigrasi dan customs, yang lebih lama kalau naik maskapai penerbangan umum," ujar Bayu.
Proses customs yang dimaksudkan Bayu adalah untuk penerbangan domestik. Adapun untuk penerbangan internasional tetap melalui prosedur international airport clearance, termasuk imigrasi dan kepabeanan.
Lantaran ceruk pasarnya kecil, Bayu mengatakan pemain di bisnis sewa jet pribadi pun hanya segelintir. Menurut dia, bisnis ini masih punya potensi untuk terus tumbuh meskipun sangat terbatas. Pasalnya, kenaikan permintaan sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi dan bisnis korporasi.
Pemain Bisnis Sewa Pesawat Jet dan Helikopter
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Bidang Perhubungan dan Logistik Asosiasi Pengusaha Indonesia Carmelita Hartoto juga yakin bisnis sewa jet pribadi masih akan cemerlang. Ekonomi Indonesia, meski belum beranjak dari kisaran 5 persen, pertumbuhannya cenderung stabil. Selain itu, perekonomian mulai tumbuh ke luar Jawa. Potensi lain yang tak terhindarkan adalah kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Carmelita menyebutkan ada potensi pertumbuhan lain buat bisnis sewa jet pribadi. "Private jet awalnya memang mendukung kegiatan bisnis karena waktunya lebih fleksibel, tapi memang kini juga mengarah ke kegiatan wisata," tuturnya.
Pemain Bisnis Sewa Pesawat Jet dan Helikopter
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Analis independen bisnis penerbangan Gatot Rahardjo juga mulai memperhatikan tren pemanfaatan jet pribadi untuk wisata. Sebelum pandemi merebak, dia menyebutkan kenaikan tren itu mulai terasa. "Meskipun sampai sekarang masih lebih banyak yang memakai helikopter untuk wisata," ucapnya. Pasalnya, jet pribadi memiliki kapasitas lebih besar.
Di sisi lain, Gatot menyoroti tantangan buat bisnis ini ke depan. Salah satunya berasal dari avtur yang menghasilkan banyak emisi. Segmen penumpang jet pribadi cenderung lebih memperhatikan lingkungan. "Tapi harga sustainable aviation fuel (SAF) masih lebih mahal dibanding avtur biasa," ujarnya.
Besarnya emisi pesawat jet pribadi digambarkan oleh peneliti dari Trend Asia, Zakki Amali. Dia mencontohkan hitungan emisi yang dikeluarkan oleh pesawat Gulfstream 650. Pesawat itu diduga ditumpangi Kaesang dan Erina saat berangkat dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Philadelphia, Amerika Serikat, dalam rentang penerbangan 18-21 Agustus 2024.
Menurut Zakki, total emisi CO2 perjalanan pesawat ini mencapai 83.525 kilogram. Jumlahnya setara dengan 64.250 kilogram sampah. "Sampah ini bila ditumpuk di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, setinggi 10 sentimeter, akan memenuhi 60 persen atau lebih dari setengah luas stadion," kata Zakki kepada Tempo, Jumat, 23 Agustus 2024.
Di pasar global, prospek bisnis sewa jet pribadi juga tampak menjanjikan. Lembaga riset Mordor Intelligence memperkirakan permintaan terhadap layanan sewa jet pribadi secara global meningkat dalam lima tahun ke depan. Nilai pasarnya diperkirakan naik dari US$ 15,27 miliar pada 2024 menjadi US$ 29,30 miliar pada 2029.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo