Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Prabowo Ingin Impor Sapi Perah 1,5 Juta Ekor, Ini Kata Asosiasi Peternak

Capres Prabowo Subianto mengatakan akan mengimpor 1,5 juta ekor sapi perah untuk merealisasikan program susu gratis. Bagaimana kata perhimpunan peternak?

5 Januari 2024 | 14.53 WIB

Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto (tengah) saat menghadiri diskusi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis, 4 Januari 2023. Prabowo Subianto menghadiri diskusi bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) jelang Hari Pers Nasional (HPN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto (tengah) saat menghadiri diskusi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis, 4 Januari 2023. Prabowo Subianto menghadiri diskusi bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) jelang Hari Pers Nasional (HPN). TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto mengatakan akan mengimpor 1,5 juta ekor sapi perah untuk merealisasikan program susu gratis. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) buka suara soal ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sekretaris Jenderal PPSKI, Rochadi Tawaf, mengatakan populasi sapi memang merosot akibat penyakit mulut dan kuku alias PMK pada tahun lalu. Jumlah sapi pasca PMK sekitar 350 ribu ekor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Setelah PMK mungkin (produksi susu segar dalam negeri) 900 ribu ton, sementara kita butuhnya 4 juta ton," ujar Rochadi saat dihubungi Tempo pada Jumat, 5 Januari 2024.

Lebih lanjut, ia menanyakan siapa yang akan mengelola impor 1,5 juta ekor sapi perah tersebut. Apalagi, mencari sapi perah bukan hal yang mudah di tengah tantangan penyakit.

"Jadi yang pasti terdampak langsung kalau programnya jadi, tahun pertama dilakukan itu ya pasti industri peternak di luar negeri yang kena, industri susu yang seneng, importir-importir," ucap Rochadi.

Ia lantas mempertanyakan anggaran untuk mengimpor sapi perah. Misalnya, harga satu sapi perah impor sekitar Rp 50 juta per ekor.

Jika dihitung, Rp 50 juta dikali 1,5 juta ekor mencapai Rp 75 triliun. "Itu baru sapinya, belum pakannya, belum processing-nya," ujar Rochadi.

Ia melanjutkan, Prabowo perlu menjelaskan seperti apa industrialisasi di dalam negeri yang akan dibentuk dengan adanya program susu gratis tersebut. Selain itu, Prabowo juga perlu memperjelas berapa banyak susu yang akan dibagikan dan intensitas pembagiannya.

Prabowo juga perlu merincikan sasaran programnya. "Rakyat kita yang sekolah SD aja 25 juta. Itu kan seluruh Indonesia, gimana transportasinya? Logistiknya?" ujar Rochadi.

Sebelumnya diberitakan, Prabowo Subianto menyebut hanya jenis susu terbaik dari para peternak yang akan dibagikan kepada anak-anak. Bukan dari susu-susu kemasan yang banyak gula dan berpengawet.

Prabowo mengakui, kemampuan peternak dalam negeri sulit untuk merealisasikan program tersebut. Tapi, kesulitan itu bisa diatasi dengan impor sapi.

"Kalau kita punya kehendak, ya sudah 1, 2, 3, 4 tahun kita beli sapi-nya (dari luar negeri), kita kembangkan di Indonesia," tutur Prabowo dalam pertemuan di kantor Dewan Pers, Jakarta pada Kamis, 4 Januari 2024.

Ia memaparkan, dari hitung-hitungan kasar, kemungkinan Indonesia membutuhkan minimal 2,5 juta ekor sapi perah. "Jadi kita mungkin harus impor satu juta atau 1,5 juta sapi dalam 3 tahun," ungkap Prabowo.

Menurutnya, sapi perah impor tersebut akan beranak sehingga bisa menjadi 3 juta ekor. "Kira-kira begitu strategi kita. Ini tidak instan, tapi (bisa terwujud jika ada) will-nya, ada kehendak,” tegas Prabowo.

 

AMELIA RAHIMA | ANTARA

Amelia Rahima Sari

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus