Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Prem vs time

Kabinet pm. prem tinsalanonda menuntut majalah time yang memberitakan pembatalan kontrak pembangunan pipa gas alam ada suap. situasi politik muangthai masih belum stabil. (md)

13 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SECARA mendadak Departemen Perindustrian di Bangkok membatalkan kontrak pembangunan pipa gas alam antara Perusahaan minyak Negara Thailand (PTT) dan Fluor Corp., AS. Kalangan dalam Fluor, demikian majalah Time (18 Mei), menduga bahwa kesempatan itu hilang sesudah saingannya menyerahkan di bawah tangan dana US$ 5 juta dalam pembukaan kembali tawarmenawar. Sekalipun di situ tak disebut penerima dana tersebut, kabinet PM Prem Tinsulanonda sangat gusar menanggapinya. Buktinya, pekan lalu Menteri Perindustrian Chatichai Choonhavan mengumumkan pemerintahnya akan menuntut Time sebesar US$ 10 juta sehubungan dengan cerita Fluor tadi. Apa alasannya? Tulisan Time itu dituduhnya "menyesatkan dan merupakan kekeliruan yang menonjol." Fluor, demikian PTT itu, dipakai oleh PTT hanya sebagai konsultan proyek pipa gas alam -- bukan kontraktor pembangun. Dari situ Fluor kemudian juga memohon agar dipakai sebagai konsultan untuk konstruksi pabrik pemisahan gas alam di Sattahip yang akan menelan US$ 120 juta. Karena tertarik dengan permohonan itu, PTT kemudian menyatakan minatnya bekerjasama dengan perusahaan tersebut. Tapi Fluor, menurut PTT, selanjutnya menaksir pembangunan pabrik pemisahan gas, jetty, dan fasilitas penyimpanan di Laem Chabang itu akan menelan US$ 370 juta. Biaya tersebut lebih tinggi US$ 250 juta dibanding dengan taksiran semula. PTT tentu saja menganggap penawaran itu kelewat mahal. Kontrak konsulusi dengan Fluor -- sebesar US$ 60,2 juta -- juga dinilainya kelewat mahal. Apa boleh buat, PTT pun tak ingin memperpanjang kontraknya dengan perusahaan itu yang berakhir 31 Maret. Tapi sikap itu dikecam pedas oleh Mayor Jenderal Ravee Wanphen, Ketua Kelompok Demokrasi Militer di Parlemen. "Siapa yang mau menanam modal dalam keadaan begini?" katanya. Perekonomian Thailand sedang tidak menggembirakan. Tingkat pertumbuhan ekonominya turun dari 7,7% (1979) ke 5,3% (1980). Sementara inflasi berada pada tingkat 22%, harga-harga di Bangkok diramalkan akan meloncat 30%. Situasi politik Thailand masih belum stabil, sesudah awal April lalu Prem menggagalkan usaha kudeta. Dalam keadaan serba tak menyenangkannya, Prem tentu saja gampang tersinggung, semenura ia juga tak menginginkan - karena kasus Fluor itu -- pemerintahannya dianggap korup. Maka pemerintahnya menuntut Time ke pengadilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus