Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Baru ada tiga smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di dalam negeri.
Kapasitas produksi MHP dari ketiga smelter tersebut dinilai masih minim
Ada satu calon pemain baru, yaitu PT Kolaka Nickel Indonesia, anak usaha PT Vale Indonesia.
JAKARTA — Kementerian Perindustrian menyatakan baru ada tiga smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang beroperasi di dalam negeri dan tidak ada pabrik baru yang bakal beroperasi dalam waktu dekat.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Taufiek Bawazier, mengatakan ketiga smelter tersebut mengolah bijih nikel dengan metode hidrometalurgi untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP). "Total kapasitas produksi MHP dari ketiga smelter tersebut sebesar 915 ribu ton per tahun," kata dia di Jakarta, kemarin, 8 Juni 2023.
Menurut Taufiek, kapasitas tersebut masih minim. Padahal bijih nikel yang diolah di smelter ini bisa menghasilkan produk turunan bernilai tambah tinggi. MHP, yang merupakan produk awal, bisa dibuat menjadi nickel hydroxide, cobalt hydroxide, dan nickel-cobalt suplhide. Semua merupakan bahan baku komponen baterai kendaraan listrik.
Taufiek menyatakan investor lebih tertarik membangun smelter nikel berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), antara lain, karena biaya investasinya lebih murah. Sekarang terdapat 34 smelter nikel jenis ini yang beroperasi dengan total kapasitas 31,66 juta ton per tahun. Selain itu, ada 17 smelter RKEF yang sedang dalam tahap konstruksi dan enam smelter dalam tahap studi kelayakan. Total investasi dari seluruh proyek tersebut mencapai US$ 11 miliar.
Maket rencana proyek laterit nikel dengan metode hidrometalurgi PT Huayue Nickel Cobalt di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, 20 Juli 2020. ANTARA/HO-BKPM
Smelter Nikel HPAL di Indonesia Timur
Smelter HPAL dengan kapasitas terbesar saat ini dioperasikan PT Huayue Nickel Cobalt. Perusahaan yang terletak di Sulawesi Tengah tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 400 ribu ton MHP setiap tahun. "Pada awal 2022, kami mulai commissioning dan sekarang beroperasi penuh," tutur Direktur Huayue Nickel Cobalt, Robyn.
Pemain lainnya adalah PT Halmahera Persada Lygend. Perusahaan milik PT Trimegah Bangun Persada Lygend Resources & Technology Co Ltd serta Kang Xuan Pte Ltd ini memiliki kapasitas produksi MHP hingga 365 ribu ton per tahun di Maluku Utara. Tahun lalu, perusahaan tercatat memproduksi 220 ribu ton MHP.
Direktur Utama Halmahera Persada Lygend, Tonny Gultom, mengatakan perusahaan tengah menggarap produk turunan lanjutan dari bijih nikel limonit yang diolah menjadi MHP. "Kami menuju arah hilirnya untuk menghasilkan nikel dan kobalt sulfat," katanya. Fasilitas produksi nikel sulfat sudah beroperasi bulan lalu. Sedangkan kobalt sulfat masih dalam tahap pengujian operasional.
Smelter dengan kapasitas terkecil dibangun PT QMB New Energy Material di Sulawesi Tengah. Kementerian Perindustrian mencatat kemampuan produksi MHP perusahaan tersebut sebesar 150 ribu per tahun. Namun, sepanjang 2023, skala produksi fasilitas tersebut baru mencapai 30 ribu ton dan bakal ditingkatkan bertahap hingga 2024.
Selain ketiga perusahaan tersebut, Kementerian Perindustrian mencatat satu calon pemain baru, yaitu PT Kolaka Nickel Indonesia, anak usaha PT Vale Indonesia. Perusahaan tersebut sedang menggelar studi kelayakan untuk membangun smelter HPAL berkapasitas 120 ribu MHP di Sulawesi Tenggara. Investasi proyek ini diperkirakan sekitar Rp 67,5 triliun.
VINDRY FLORENTIN | ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo