Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Proyek One Belt One Road Cina di Indonesia Rp 1.288 T, Apa Saja?

Proyek One Belt One Road akan diteken April mendatang.

25 Maret 2019 | 10.14 WIB

Sejumlah pekerja menggunakan alat berat di proyek jalan tol Pekanbaru-Dumai area seksi 2 di Kabupaten Siak, Riau, Rabu, 19 September 2018. Pemerintah menyatakan proyek jalan tol trans Sumatera Pekanbaru-Dumai sepanjang 131,4 kilometer tidak termasuk proyek infrastruktur nasional yang dihentikan sementara karena tidak terpengaruh pelemahan nilai rupiah. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Perbesar
Sejumlah pekerja menggunakan alat berat di proyek jalan tol Pekanbaru-Dumai area seksi 2 di Kabupaten Siak, Riau, Rabu, 19 September 2018. Pemerintah menyatakan proyek jalan tol trans Sumatera Pekanbaru-Dumai sepanjang 131,4 kilometer tidak termasuk proyek infrastruktur nasional yang dihentikan sementara karena tidak terpengaruh pelemahan nilai rupiah. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Proyek One Belt One Road Cina diyakini dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia. Dari 28 kerja sama antara Indonesia dan Cina dalam kerangka tersebut, nilainya mencapai US$91 miliar, atau lebih dari Rp 1.288 triliun.

Baca: Luhut: Proyek Inisiasi One Belt One Road Cina Diteken Bulan Depan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin. Menurutnya, nilai proyek terbesar berada di Kalimantan Utara (Kaltara) dengan proyek hydropower.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pemerintah Indonesia menawarkan dua kelompok proyek prioritas. Kelompok pertama mencakup empat koridor wilayah yakni Sumatera Utara (Sumut), Kaltara, Sulawesi Utara (Sulut), dan Bali. Sementara itu, kelompok kedua terdiri atas beberapa proyek di Sumatera Selatan (Sumsel), Riau, Jambi, dan Papua.

"(Sebanyak) 28 proyek itu yang terpilih dengan prinsip kalau sesama badan usaha tidak sepakat, kota enggak punya alasan menahan, yang penting kita memfasilitasi," tutur Ridwan, Kamis malam pekan lalu, 21 Maret 2019.

Dia mengatakan kerja sama proyek ini akan sangat menguntungkan bagi Indonesia. Misalnya, kerja sama terkait Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan mampu menarik lebih banyak shipping line.

"Kita bangun pelabuhan bagus dan jalan tol banyak tetapi kita ingin dikembangkan dengan baik," ujar Ridwan.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan tahap pertama proyek skala besar dari inisiatif One Belt One Road (OBOR) akan ditandatangi pada April. Cina sudah menyiapkan rancangan kerangka perjanjian bersama untuk bekerja sama di Kuala Tanjung, sebagai proyek tahap pertama.

Selanjutnya, ada beberapa proyek kerja sama lain yang telah disepakati seperti Kawasan Industri Sei Mangkei dan kerja sama strategis pada Bandara Internasional Kualanamu untuk tahap kedua. "Tahap pertama hampir selesai dengan nilai proyek beberapa miliar dolar AS yang akan ditandatangi pada waktunya, dalam satu bulan ke depan," ujar Luhut.

BISNIS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus