Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kediri – PT Gudang Garam Tbk mematok biaya tak lebih dari Rp 10 triliun untuk pembangunan bandara di Kediri. Perusahaan rokok ini juga tak memasang target bisnis dari pembangunan bandara tersebut.
Direktur PT Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan saat ini perusahaannya masih menyelesaikan seluruh tahapan pembangunan bandara di Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri. Salah satunya adalah pembebasan lahan yang hingga kini belum tuntas sepenuhnya.
Baca juga: Gudang Garam Siap Bangun Bandara di Kediri Tahun Ini
“Kami akan tetap menghormati hak-hak warga yang masih belum bersedia melepaskan lahan. Kita juga tak bisa memaksa mereka,” kata Istata dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Hotel Grand Surya Kediri, Selasa 26 Juni 2018.
Istata memastikan perusahaannya akan mematuhi semua prosedur pembebasan lahan dan pembangunan bandara sesuai ketentuan pemerintah. Upaya pembebasan lahan yang saat ini masih berlangsung juga melibatkan pemerintah daerah. Karena itu dia tak akan memaksakan tenggat waktu dimulainya pembangunan bandara sebelum seluruh tahapan dilalui dengan benar.
Lihat juga: Gudang Garam Bakal Bangun Bandara Pertama di Kediri
“Saya tak bisa memastikan kapan akan dimulai, kalau masih ada warga yang menolak pembebasan masak harus dipaksa,” kata Istata.
Direksi Gudang Garam juga memastikan bahwa pembangunan bandara ini bukan merupakan diversifikasi usaha baru perusahaannya. Gudang Garam akan tetap fokus pada bisnis rokok. Sementara proyek bandara sepenuhnya merupakan bentuk kontribusi perusahaan kepada masyarakat Kediri. “Ini bukan bisnis baru, kami membangun bandara sebagai kontribusi kepada negara,” kata Istata.
Namun jika ke depan proyek bandara ini bisa bersinergi dengan bisnis transportasi udara milik Gudang Garam, yakni Surya Air, hal itu dianggap sebagai bonus. Jika tidak, perusahaan tetap tak mematok target bisnis apapun atas pembangunan bandara itu. Hingga kini Gudang Garam juga belum membangun komitmen secara terperinci dengan pemerintah atas bandara tersebut.
Disinggung tentang nilai anggaran yang dialokasikan untuk bandara, Istata tak bersedia menjawab. Dia hanya memberikan batasan Rp 1–10 triliun untuk pembiayaan bandara tersebut.
Dia mengatakan fluktuasi harga tanah yang menjadi obyek pembebasan lahan di lokasi bandara menjadi salah satu alasan tidak dibukanya nilai investasi itu. Saat ini harga jual tanah di lokasi bandara telah meningkat hingga lima kali lipat dari harga standar. “Dari harga satu, sekarang bisa empat sampai lima. Karena itu kita tak mau keluarkan angka spesifik,” kata direktur PT Gudang Garam tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini