Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Putri dewi

John saerang dan fritzcimons kalalo dari kelompok nyonya meneer mendirikan pabrik jamu baru bernama dua putri dewi. hans pangemanan dari nyonya meneer tidak takut. ancaman bagi jamu-jamu lainnya. (eb)

28 Juni 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG di antara anak-anak Nyonya Meneer belum berakhir. Yang usai baru dalam memperebutkan wewenang dan posisi di perusahaan jamu itu, Maret lalu. Dengan sebuah akta, kelompok Johny Saerang setuju menjual 40% sahamnya kepada kelompok Hans Pangemanan, lalu mendirikan pabrik jamu di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya. Dari situ, rupanya, medan perang pewaris jamu cap Nyonya Meneer bakal dilanjutkan di pasar bebas. Jamu dengan merk Dua Putri Dewi, karena para peramunya dua putri anak Ny. Meneer (Lucy Saerang dan M.O. Kalalo), rencananya akan diluncurkan kelompok Johny dalam waktu dekat. Hari baik sedang dipilih untuk menandai peredaran perdananya. Menurut Johny Saerang, yang sekarang menjabat direktur utama, pasar jamunya akan dipusatkan di Jawa, terutama masuk ke kalangan konsumen jamu Nyonya Meneer. Sedikit kesulitan harus dihadapi penanam modal ini ketika harus merekrut 200-300 tenaga kerja baru. Karena mereka adalah orang-orang baru, maka perusahaan harus meluangkan waktu untuk mendidik mereka. Beban kabarnya agak ringan gara-gara ada sejumlah buruh terampil peramu jamu Nyonya Meneer menyeberang ke kelompok Johny. Tapi bahan mentah untuk menghasilkan 100 jenis jamu, yang kebanyakan ditujukan untuk wanita itu, masih akan didatangkan dari Jawa Tengah. "Nanti kami bikin sendiri kebun di Ja-Tim," kata Johny. Potensi dari penanam modal itu rupanya cukup meyakinkan hingga membuat Bank Niaga sanggup menyediakan sebagian dari investasi yang Rp 2 milyar untuk mendirikan pabrik baru. Dukungan dari bank, tentu, belum cukup untuk membuat laris merk baru ini, tanpa dukungan pemasaran. Di sektor pemasaran itulah kelompok Hans Pangemanan merasa di atas angin. "Mereka tidak ahli dalam pemasaran," kata Charles Ong, Direktur Pemasaran Nyonya Meneer. Dahulu, ketika lima anak Nyonya Meneer (Nonnie Saerang, Hans Ramanan, Lucy Saerang, Marie Kalalo, dan Hans Pangemanan) masih bersatu, pemasaran memang banyak diurus Hans, sebagai direktur pertama. Suami Lucy Saerang, yaitu Johny, hanya duduk di dewan komisaris. Kendati predikatnya cukup tinggi, Johny tidak pernah diajak dalam menetapkan harga, dan merintis pasar baru. Soal pemasaran, belakangan, malah sepenuhnya jadi tanggung jawab Charles Ong, anak Hans Ramanan. Karena alasan itu, apalagi kabarnya resep kunci 200 macam jamu Nyonya Meneer berada di tangan Nonnie Saerang, kelompok Hans Pangemanan merasa yakin tak bisa disaingi. "Selama mereka bersaing secara sehat, kami tak merasa perlu khawatir," kata Charles Ong. Kecuali kalau Dua Putri Dewi bisa mempengaruhi para distributor Nyonya Meneer. "Kami akan merelakan mereka untuk hanya memasarkan Dua Putri Dewi," tambah Ong. PERSAINGAN di antara dua kelompok anak-anak Nyonya Meneer ini niscaya bakal ramai. Sebagai pemegang merk lama dan menguasai pasar, kelompok Hans agaknya berada beberapa langkah di depan. Usaha memperluas pangsa pasar ternyata telah dilakukan kelompok ini dengan melakukan diversifikasi produk hingga jamunya kini sudah meliputi 200 jenis. Aroma jamu juga diperbaiki. Dengan serangkaian tindakan itu, Nyonya Meneer bisa meningkatkan omset bulanan dari Rp 700 juta jadi Rp 2 milyar - sesudah perpecahan itu. Kalau semua fakta tadi benar, maka penyelesaian sengketa di bulan Maret lalu, dengan kata lain, membawa hikmah bagi kelompok Hans Pangemanan. Tapi munculnya merk Dua Putri Dewi itu cukup merisaukan perusahaan jamu lain. "Hadirnya perusahaan itu tidak bisa diremehkan," kata Jaya Suprana, Direktur Industri Jamu Cap Jago, Semarang. Sebab, "Ibarat rumah makan, mereka itu adalah kokinya, dan ramai tidaknya rumah makan itu tergantung kokinya. Nyonya Kalalo itu koki yang baik," kata Jaya Suprana, dengan nada - seperti biasa - humor dan setengah 'ngipas. Tapi Jago bersikap hati-hati, dan berusaha membenahi kembali jaringan pemasarannya. Langkah seperti ini agaknya juga akan dilakukan Air Mancur, dan sejumlah pabrik jamu lain yang jumlahnya ditaksir lebih dari 200-an itu. Soalnya jadi serius bagi Jago, karena Jawa Timur merupakan pasar ketiga terbesar, sesudah Jakarta dan Jawa Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus