Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Riwayat Djoko Susanto, Pendiri Alfamart yang Masuk 10 Orang Terkaya di RI

Pendiri Alfamart, Djoko Susanto, masuk dalam 10 besar daftar orang terkaya di Indonesia di tahun ini.

8 April 2021 | 12.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Djoko Susanto, Pendiri Alfamart. Alfamart.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Alfamart, Djoko Susanto, masuk dalam 10 besar daftar orang terkaya di Indonesia di tahun ini. Daftar ini merujuk pada Forbes World's Billionaires List The Richest in 2021.

"Djoko Susanto adalah pendiri Alfamart, yang memiliki 16 ribu toko di seluruh Indonesia," bunyi keterangan dari laman resmi Forbes pada Kamis, 8 April 2021.

Forbes juga mencatat kekayaan riil Djoko per hari ini mencapai US$ 1,8 miliar atau setara dengan Rp 23,8 triliun. Nilai ini merupakan yang tertinggi sejak 2017.

Pada 2017, kekayaan riil Djoko mencapai US$ 1,3 miliar. Lalu turun menjadi US$,12 miliar di tahun 2020. Sebelum akhirnya melonjak jadi US$ 1,8 miliar pada 2021.

Djoko lahir di Jakarta pada 1950 dengan nama Kwok Kwie Fo. Ia pertama kali berbisnis di usia 17 tahun yaitu pada 1967. Saat itu, dia diminta mengurus kios sederhana milik orang tuanya di Pasar Arjuna, Jakarta.

Toko itu dinamakan Sumber Bahagia, yang menjual bahan makanan. Tapi tak lama kemudian, Djoko melihat ada kesempatan yang lebih besar. Kiosnya mulai menjajakan rokok.

Bisnisnya cepat membuat para perokok dan pengusaha grosir serta pengecer menjadi pelanggan tetap. Dia bertaruh, perokok akan membayar lebih banyak daripada yang dibayangkan.

Hal ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai perusahaan rokok tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta.

Upaya itu berhasil dan menginspirasi mereka untuk membuka supermarket yang dinamakan Alfa Toko Gudang Rabat. Kedua orang itu kemudian membuka toko Alfa Minimart pada 1994.

"Saya pikir penamaan Sampoerna Mart kurang menjual, kemudian saya menggunakan Alfa, sebuah merek yang lebih dikenal dan teruji," ujar Djoko, seperti dikutip majalah Forbes, Kamis, 24 November 2011.

Pada 2002, Alfa minimart berubah nama menjadi Alfamart. Tapi, kerja sama Djoko dan Sampoerna berakhir pada 2005.

Saat itu, Sampoerna menjual bisnis tembakau, beserta anak perusahaannya (termasuk 70 persen bagian perusahaan Sampoerna yang ada di Alfamart), kepada Philip Morris International dengan nilai lebih dari US$ 5 miliar.

Philip Morris, yang tidak tertarik bisnis retail, kemudian menjual saham Alfamart kepada Djoko dan investor ekuitas swasta, Northstar. Djoko lalu membeli Northstar sehingga membuatnya memiliki 65 persen perusahaan.

Pada 2009, Djoko pun membawa Alfamart melantai di Bursa Efek Indonesia. Saat itu, Alfamart tercatat sudah memiliki 3.300 gerai.

Bisnis Alfamart terus berkembang sehingga pada 2011, Djoko membuat debutnya dengan masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi Forbes di urutan 25. Saat itu, kekayaannya sudah mencapai US$ 1,04 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fajar Pebrianto

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus