Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan pada perdagangan awal pekan ini Senin, 2 Desember 2024. Mata uang rupiah ditutup melemah di level Rp15.905 terhadap dolar Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebutkan ada sentimen mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini, baik dari dalam maupun luar negeri. Menurutnya, efek dari terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS masih menjadi salah satu faktor utama dari pergerakan mata uang di dunia. “Para pedagang mengkhawatirkan kebijakan proteksionis yang lebih ketat dari AS di bawah Trump,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya seperti dikutip Senin, 2 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trump dinilai telah memulai langkah yang dapat memicu kembali perang dagang global lewat ancamannya yang akan memberlakukan tarif tambahan pada negara seperti Tiongkok, Kanada, dan Meksiko. Selain itu, ketidakpastian atas inflasi jangka panjang yang lebih tinggi di bawah Trump yang dapat membuat suku bunga tetap tinggi.
Kunci prospek suku bunga adalah laporan penggajian November yang akan dirilis pada hari Jumat nanti. “Pasar mengkhawatirkan lebih banyak hambatan ekonomi dari perang dagang dengan AS,” ucapnya.
Dari dalam negeri, skor Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia yang kembali kontraksi dinilai menjadi biang kerok melemahnya nilai rupiah. Indeks PMI Indonesia pada bulan November 2024 diketahui kembali kontraksi di level 49,2 yang menandakan terjadinya kontraksi selama lima bulan beruntun.
Menurut Ibrahim, kondisi PMI yang masih stagnan ini tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang melemah. Jika dilihat lebih dalam, tidak hanya Indonesia yang mengalami kontraksi manufaktur, tetapi negara-negara Asean lainnya juga mengalami hal yang sama.
“Kondisi industri berkaitan langsung dengan daya beli. Oleh karena itu, upaya meningkatkan sektor manufaktur harus dilakukan selaras dengan meningkatkan daya beli masyarakat,” kata Ibrahim.
Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi juga ikut menjadi sentiment yang berpengaruh bagi nilai tukar rupiah. Dimana menyatakan inflasi pada November 2024 mencapai 0,30 persen atau lebih tinggi dibandingkan Oktober 2024 yang sebesar 0,08 persen.