Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu minggu ke belakang, nilai tukar (kurs) rupiah terus merosot alias rupiah melemah terus terhadap dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, pada awal perdagangan Senin pagi pekan lalu, rupiah turun 8 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.458 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.450 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini pun dinilai akan berimbas pada beberapa hal, tak terkecuali pembelian bahan material untuk pembangunan IKN. Lantas, bagaimana dampaknya terhadap pembiayaan proyek tersebut?
Pelaksana Tugas Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, tidak secara tegas mengonfirmasi bahwa anggaran pembangunan IKN akan membengkak akibat pelemahan rupiah. Basuki hanya menjelaskan bahwa situasi ini bersifat situasional.
"Ini situasional. Oleh karena itu, Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani) selalu mengingatkan bahwa APBN adalah instrumen utama kita," ujar Basuki
Seolah sudah berpengalaman, Basuki kembali mengingatkan saat anggaran melonjak masa pandemi covid-19. "Saat pandemi, anggaran juga mengalami kenaikan," kata Basuki.
Lebih lanjut, Basuki mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah tidak hanya berdampak pada proyek IKN, tetapi juga sektor lainnya. Untuk itu, Presiden Jokowi berencana menggelar Sidang Kabinet Paripurna pada Senin mendatang guna membahas kondisi ekonomi terkini.
Pada 1 April 2024, anggaran APBN yang telah terealisasi untuk pembangunan IKN mencapai Rp 4,3 triliun dari total alokasi sebesar Rp 39,6 triliun untuk tahun ini. Sejak 2022, pemerintah telah menggelontorkan dana dengan jumlah Rp 5,5 triliun pada tahun 2022, Rp 27 triliun pada tahun 2023, dan Rp 39,3 triliun pada tahun 2024.
Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, mengungkapkan bahwa APBN memiliki kapasitas untuk mendanai proyek IKN sebesar USD 1 miliar per tahun, yang setara dengan sekitar Rp 16 triliun (dengan kurs Rp 16.027 per dolar AS).
Pernyataan ini disampaikan Prabowo saat menjadi pembicara di Qatar Economic Forum, sebagai jawaban atas pertanyaan tentang kemampuan anggaran pemerintah untuk menyediakan dana sebesar USD 35 miliar bagi pembangunan IKN.
Ibrahim Assuaibi, analis pasar dan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, menganggap pelemahan rupiah sebagai sebuah anomali. Sebab, hingga Mei 2024, Indonesia masih mencatat surplus neraca perdagangan yang cukup baik.
"Sebetulnya, rupiah tidak perlu mengalami pelemahan berkepanjangan jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan dapat masuk ke pasar," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 21 Juni 2024.
Ibrahim juga menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia menjaga stabilitas rupiah berdasarkan kekuatan fundamental ekonomi Indonesia. "Hal tersebut harus didasari oleh surplus neraca perdagangan, bukan intervensi valas dengan cadangan devisa yang terbatas atau dengan menaikkan suku bunga domestik," demikian Ibrahim soal rupiah melemah itu.
KARUNIA PUTRI | RIRI RAHAYU
Pilihan editor: Rupiah Melemah Nyaris Rp 16.500 per 1 US Dollar Disebut Terendah Sejak Krisis Moneter 1998, Ini Kilas Baliknya