Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Rupiah Tertekan di Akhir Pekan, Dipengaruhi Proyeksi Suku Bunga Global di Bawah Trump

Rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan pekan ini. Analis memprediksi pelemahan bakal berlanjut pada awal pekan depan.

16 November 2024 | 17.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah di akhir perdagangan pekan ini. Berdasarkan data rupiah spot Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat, 15 November 2024, rupiah melemah 12 poin ke level Rp 15.874 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp 15.862 per dolar AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedangkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Jumat memaparkan rupiah ditutup Rp 15.888 per dolar AS. Melemah 15 poin dibanding hari sebelumnya. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memaparkan sentimen global turut memengaruhi pergerakan kurs. Dolar melonjak ke level tertinggi dalam setahun belakangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Di tengah meningkatnya ketidakpastian atas prospek suku bunga jangka pendek dan pasar juga tidak yakin atas prospek suku bunga di bawah Trump,” kata dia lewat keterangan resmi dikutip Sabtu, 16 November 2024.

Selain itu, komentar dari pejabat bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) menunjukkan bank sentral lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga ke depan. Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan ketahanan ekonomi AS berarti bank sentral perlu waktu untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

Akibatnya, kata Ibrahim, investor mengurangi ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga pada Desember mendatang. Berdasarkan indikator ekspektasi pasar CME Fedwatch, peluang penurunan suku bunga juga bergeser. Para pedagang yang memperkirakan peluang untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada bulan Desember hanya sebesar 61 persen. Turun dari peluang sebelumnya 85,7 persen. Para pedagang juga melihat ada kemungkinan 39 persen suku bunga bakal tetap. 

Pasar juga melihat produksi industri Cina yang pada Oktober kenaikannya lebih rendah dari yang diharapkan. “Harga rumah juga menyusut selama bulan tersebut, menandakan tekanan berkelanjutan pada pasar properti,” ujar Ibrahim.

Namun, penjualan ritel tumbuh jauh lebih besar dari yang diharapkan, sebagian besar didorong oleh liburan Golden Week atau minggu emas Tiongkok. Prediksi tersebut memberi harapan belanja ritel akan lebih membaik, terutama karena Beijing memobilisasi lebih banyak stimulus.

Pada awal pekan depan, Ibrahim memprediksi pelemahan kurs bakal berlanjut. “Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.860 - 15.940 per dolar AS.”

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus