NAMA yang jadi dikenal dari Perang Teluk bukan hanya Sadam Hussein. Tapi juga CNN. Ini singkatan jaringan televisi Amerika: Cable News Network. Soalnya, ketika ratusan pesawat tempur pasukan multinasional menjatuhkan 18.000 ton bom -- satu setengah kali kekuatan bom atom yang menghajar Hiroshima pada Perang Dunia II lalu -- pemirsa CNN di seluruh dunia bisa mendengar langsung laporan dari daerah pertempuran tersebut. Tak hanya itu keunggulan CNN. Hasil liputan wartawan mereka juga merupakan sumber utama berbagai media dunia. Jaringan televisi NBC Detroit, yang menarik pulang wartawannya dari Baghdad, misalnya, mewawancarai reporter CNN lewat udara agar pemirsa mereka mendapat berita aktual mengenai Perang Teluk. Surat kabar kenamaan The New York Times juga menggantungkan sumber dari CNN, seperti terlihat dari berita utama mereka pada penerbitan Sabtu pekan lalu. Bahkan Presiden Georg Bush juga dikabarkan pertama kali mendengar berita itu -- mengenai dimulainya Perang Teluk -- dari CNN. Ia disebut-sebut baru menerima laporan resmi dari para pembantunya 20 menit setelah tayangan CNN. Begitu pula Menteri Pertahanan Amerika Dick Cheney. "Laporan terbaik yang pernah saya lihat," komentar Cheney memuji tayangan CNN. Tak heran bila pengumuman resmi pemerintah Amerika mengenai pecahnya Perang Teluk --disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih Marlin Fitzwater -- kurang dipedulikan wartawan karena diumumkan 30 menit setelah CNN menyiarkannya ke seantero dunia. Liputan Perang Teluk memang digarap serius oleh CNN. Mereka mengudara selama 24 jam dengan melulu menyajikan berita aktual berbagai sisi Perang Teluk. Itu dimungkinkan karena wartawan-wartawan CNN tersebar di seantero medan: ada yang bertugas di Baghdad, ada di Yerusalem, ada di Tel Aviv, ada di Riyadh, ada di Dahran, ada di kamp-kamp pasukan darat, ada di berbagai kapal induk, bahkan ada yang bersama-sama pasukan menyerbu yang siap menyeberang ke wilayah Irak dan Kuwait. Suksesnya liputan CNN juga tak terlepas dari keberanian wartawan yang ditugasi. Di Baghdad, misalnya, CNN -- yang beroperasi di sana sejak Agustus tahun lalu -- semula menyiapkan delapan awak di bawah koordinasi Ingrid Formanek. Ketika perang meletus dan semua wartawan asing diusir dari Baghdad, CNN masih menugasi Peter Arnett, 57 tahun, veteran wartawan perang, di sana. Sisanya mengungsi ke Amman. Untuk liputan Perang Teluk, CNN mengeluarkan biaya operasi US$ 1.000.000 per hari. Risiko lain: wartawan CNN aman dan bisa bekerja leluasa di Irak. Oleh pemerintah Irak, mereka sempat diminta menghentikan siaran dari Baghdad karena dianggap menyiarkan berita tak imbang. Yang dipertanyakan adalah kebenaran laporan CNN pada hari pertama perang meletus. Waktu itu, John Holliman, wartawan CNN di Baghdad, melaporkan keberhasilan Operasi Badai Gurun tanpa mempertanyakan kebenarannya. Operasi Badai Gurun, kata Holliman mengutip laporan penjelasan pejabat militer multinasional, berhasil menghancurkan semua sasaran dengan tepat. Orang baru terkesima setelah Irak menembakkan peluru kendali mereka ke Israel. Ternyata, Irak -- yang sudah disangka lumpuh -- masih merepotkan lawan. Atas pemberitaan itu, Holliman terpaksa meng hubungi sejumlah pejabat Irak agar tetap diizinkan meliput daerah sasaran pasukan multinasional itu. Karena itu, ketika semua jalur telekomunikasi terputus, CNN diizinkan memasang piring gelombang kecil (microwave plate) di halaman Hotel Al-Rasheed untuk mengirimkan berita berupa percakapan semata, dan itulah suara Arnett. Semula, Arnett sudah diminta pindah pangkalan ke Amman. Ia menampik. "Kebetulan, pemerintah Irak mengizinkannya tetap di sana," kata Formanek kepada TEMPO. Dengan syarat: berita Arnett disensor dulu oleh pejabat Irak. Itu justru merepotkannya. Sejumlah media terkemuka Amerika mengecam CNN punya hubungan khusus dengan televisi Irak, apalagi mereka juga bersedia disensor. Tuduhan itu ditangkis Formanek. "Kami tak setuju ada sensor. Tapi kalau begitulah syaratnya untuk tetap tinggal, ya tetap kami terima," kata Formanek. Selain itu, faktor yang membuat Arnett tetap bertahan adalah pengalamannya yang segudang dengan desingan peluru. Ia pernah meliput situasi politik di El Salvador, dan harus berjalan sejauh sepuluh mil untuk memperoleh berita pertama mengenai pengeboman Tenancingo oleh pasukan pemerintah. Belum lagi liputan di daerah lain. Risiko yang dihadapi Arnett sebagai reporter televisi memang lebih tinggi dibandingkan dengan reporter media cetak. Untuk menayangkan sebuah peristiwa secara langsung, mereka harus berada di medan, lengkap dengan peralatannya. "Rasanya seperti di neraka," kata Bernad Shaw, koresponden CNN di Baghdad. Jaringan televisi CNN, yang kini dikutip banyak orang itu, adalah garapan Ted Turner, seorang pengusaha, dan mulai mengudara 1 Juni 1980. Ketika itu, Turner memimpikan sebuah jaringan televisi yang mampu menjangkau seluruh dunia. Semula, gagasannya dianggap omong kosong. Ternyata, Turner benar. Terbukti, CNN mampu menayangkan kisah penyanderaan warga Amerika oleh kaum revolusioner Iran, percobaan pembunuhan Presiden Ronald Reagan, meledaknya pesawat Challenger, peristiwa tragis di Lapangan Tiananmen langsung dari tempat kejadian. Tak heran bila CNN mampu merebut hati jutaan pemirsa di 105 negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini